Monday 16 October 2017

Pranoto Mongso sebagai Karya Sastra Jawa

Entah sejak kapan Pranoto Mongso menjadi legenda dalam bidang pertanian khususnya petani jawa. Seiring perjalanan waktu, dari tahun ketahun seakan sang legenda kehilangan pamornya. Popularitasnya seperti menurun, padahal dulu-dulunya tidak. Dulu, meski tidak disebut, dalam bincangan petani, baik dikebun, tegalan, sawah, ataupun sambil minum wadang jahe, Pranoto Mongso masuk dalam bahasan mereka. Pranoto Mongso telah masuk berurat berakar pada tatanan kehidupan petani jawa. Lantas kenapa sang legenda berangsur menghilang?

Ada beberapa hal yang bisa dimengerti. Diantaranya yaitu basis ilmu pengetahuan (pertanian kita) justru dari barat, padahal.... Padahal kitalah yang petani! Ya, bolehlah petani belajar dari pencerita tani untuk memperkaya khsanah ilmunya. Terlebih lagi, yang namanya primbon itu identik dengan jampi-jampi. Apalagi ada "plesetan"-nya primbon TOGEL. Kalau mau baca primbon mikirnya jadi seperti mau belajar perdukunan atau menemukan angka jitu yang bisa tembus. Meski sebenarnya, Pranoto Mongso rumusannya ditulis dalam bahasa sastra. Jadi Pranoto Mongso itu adalah produk kasusastran. Maka yang terjadi adalah mirip dalam cerita kungfu. Ada sebuah buku "lecek" (tampilannya gak bagus), penjualnya gak meyakinkan, murah lagi! Jika dilihat isinya hanya seperti gambar-gambar gerakan  biasa. Benar-benar buku yang tak berarti dan murahan. Berbeda jika buku tersebut berada ditangan orang yang "chi"-nya terbuka dan punya dasar "gin-kang" yang bagus maka buku itu akan menjadi buku yang hebat. Konon buku itu adalah buku "Jurus Tapak Budha" yang asli seperti ilmunya Pendeta Chiriku. Yah begitulah mengenai Pranoto Mongso itu, sesuatu yang bisa dijadikan panduan dalam menjalankan usaha tani. Namun sayangnya, " aku bukan pujangga, jadi tak bisa baca sastra".

Dikutip dari : Buku Ma Ga Ba Tha Nga, Pangeran Pancasari, 2008

No comments:

Post a Comment