Friday 5 December 2014

Pangeran Pancasari : MASA PEMILU APAKAH SUDAH BERAKHIR?

Memang DPR dan kepala negara berserta wakilnya telah dilantik. Dengan demikian pemilu dengan sendirinya telah berakhir dengan membawa hasil. Akan tetapi pada kenyataannya adalah tak seperti itu. Rakyat yang telah memberikan amanahnya seakan tidak dihiraukan. Partai-partai politik hingga saat ini masih terus menggelar pemilu. Apa maunya mereka yang sebernarnya?

Jika ditanya meraka pasti akan dengan lantang menjawab bahwa mereka di senayan adalah berjuang untuk rakyat. Meski untuk satu pertanyaan saja akan banyak yang tidak bisa menjawabnya dengan tepat. Perjuangan macam apakah yang kalian lakukan?

Wednesday 26 November 2014

Pangeran Pancasari : DPR TANDINGAN VERSI MEDIA

Beberapa waktu yang lalu ada istilah baru muncul dalam berita perpolitikan kita, disebutlah adanya "DPR Tandingan". Oktober 2014, istilah ini menjadi populer di media, terutama televisi swasta. Masyarakatpun bertanya-tanya, ada apa ini sepertinya DPR pecah? Sepertinya ada satu pihak yang mungkin tidak bisa menerima kepemimpinan dewan yang sekarang sehingga membentuk DPR baru sehingga ada DPR versi baru. DPR baru tersebut disebut sebagai DPR tandingan. Demikiankah adanya?

Berita ini mengemuka dibeberapa situs-situs internet yang mungkin kebanyakan orang bilang situs-situs terpercaya. Tidak hanya itu saja media-media televisi sekelas TV One juga menyampaikan berita yang sama.  Benar-benar berita yang meyakinkan publik. Lantas bagaimanakah kebenaran beritanya?

Kenyataannya memang ada sebagian anggota DPR menggabungkan diri dalam sebuah forum untuk sebuah kepentingan. Kepentingan tersebut dikatakan oleh media sebagai upaya penolakan kepemimpinan yang ada sehingga membuat kubu baru untuk menandinggi kepemimpinan didalam DPR yang telah dibentuk. 

Pangeran Pancasari : SIMALAKAMA KENAIKAN BBM

Keputusan untuk menaikkan harga BBM bagai buah simalakama. Ibarat seorang suami yang menanyakan kepada istrinya untuk menikah lagi. Perlu keberanian, dan punya resiko besar. Ketika atas dasar suka atau tidak suka sebagian besar wanita akan langsung menolaknya. Jika komunikasinya gagal, imbasnya akan terjadi dis-harmonis dalam rumah tangga. Bahkan bahtera rumah tangga bisa retak.

Begitulah, jika ditanya BBM harus naik atau tidak, sebagian besar rakyat akan spontan untuk menyatakan tidak setuju jika BBM naik. Oleh karenanya menaikan harga BBM bisa menjadi bumerang kepada pemerintah. Kepercayaan masyarakat kepada pemerintah bisa menurun.

Meski begitu, ada sebagian kecil wanita yang sanggup untuk tidak mengedapankan emosinya dan bisa mengkaji keinginan suami untuk menikah lagi. Dan, meski sangat sedikit ada juga wanita yang akan langsung menerimanya dengan ikhlas. Wanita seperti itu adalah golongan yang bisa percaya penuh kepada suaminya. Demikian juga dengan masyarakat, tetap akan ada golongan masyarakat yang bisa menerima keputusan kenaikan BBM dengan baik.

Dengan fakta tersebut, maka dibutuhkan kehati-hatian ekstra dan keberanian yang lebih untuk berani menaikan BBM. Terlebih lagi jika masyarakat  masih mudah disulut emosi. Masyarakat masih mudah terpengaruh oleh berita-berita yang belum tentu kebenarannya. lebih-lebih pemberitaan media yang tidak memberikan pendidikan masyarakat untuk menjadi cerdas untuk berpikir. Keputusan yang diambilpun akan bisa lebih mudah jika belum ada catatan masalalu tentang kisah-kisah kenaikan harga BBM. Dalam kondisi yang kondusif akan mudah melakukan komunikasi kepada masyarakat agar kebijakan kenaikan harga BBM dapat diterima.

Wednesday 13 August 2014

Pangeran Pancasari : Ketahanan Pangan di Bumi Mataram

008. JEJAK-JEJAK KETAHANAN PANGAN DIBUMI MATARAM

Ketahanan Pangan, Istilah ini mulai populer sejak tahun 2005. Mengingat betapa pentingnya masalah ini memasuki tahun 2009 lahirlah Badan Ketahanan Pangan (BKP) di Propinsi DIY. BKP ditingkat pusat merupakan lembaga tersendiri yang terpisah dengan Badan Penyuluhan. Sementara itu, BKP di Prop. DIY digabung dengan Komisi Penyuluhan Pertanian sehingga menjadi Badan Ketahanan Pangan Dan Penyuluhan (BKPP). BKPP Prop. DIY berada dibawah koordinasi Kepala Dinas Pertanian Prop. DIY.

Seberapa jauhkah ketahanan pangan sudah dapat diwujudkan di Prop. DIY? Mungkin masih banyak hal yang harus dilakukan agar ketahanan pangan bisa benar-benar mantap. Namun marilah kita tengok terlebih dahulu potret ketahanan pangan dimasa lalu. Apakah konsep ketahanan pangan juga sudah diterapkan?

Jogja selalu adem ayem, dalam suasana apapun. Mungkin keadaan ini adalah sebuah indikasi bahwa ketahanan pangan telah terwujud dan tertanam secara kuat sejak dahulu. Pedukuhan Mataram bisa dibilang sebagai daerah yang kecil jika dibandingkan dengan wilayah kerajaan pajang secara keseluruhan. Tanah yang subur merupakan anugrah alam yang luar biasa. Dengan modal inilah Mataram tempo dulu dapat berkembang dengan pesat. perkembangan tersebut tentu tak terlepas dari konsep ketahanan pangan. Mataram terbukti dapat mencukupi kebutuhannya sendiri. Keadaan inipun terus dapat bertahan hingga Mataram telah dibagi menjadi dua. Kerajaan Ngayogyakarto Hadiningrat mewakili wilayah daerah Mataram tempo dulu sejak didirikannya Mataram oleh Kanjeng Penembahan Senopati. 

Roda sejarah bergulir, tiba saat untuk memutuskan apakah Jogja akan berdiri sendiri ataukah bergabung dengan NKRI. Ketahanan pangan sebagai bagian yang mendasar dari persoalan ekonomi juga menjadi sebuah pertimbangan. Akan tetapi karena jiwa nasionalisme sejati yang dimiliki oleh Kanjeng Sinuwun HB IX maka Jogja memilih untuk bergabung dengan NKRI. Beliau punya pandangan bahwa masyarakat akan lebih makmur jika bergabung dengan NKRI. Meskipun sejarah dimasa lalu telah membuktikan Mataram kecil dapat bersinar terang di Bumi Jawa.  Tetapi fakta lainnya adalah mataram juga menjadi besar setelah digabung dengan pajang. Sedikit gambaran yang terjadi pada waktu itu,"Tidak Dimas, Ngayogyakarto akan menjadi bagian dari NKRI dan tunduk kepada aturan-aturan yang ada," sabda Sinuwun HB IX. "Inggih Kangmas, Jogja pancen istimewa tenan," Balas Paduka Yang Mulia Presiden RI Bung Karno. Begitulah kira-kira yang terjadi, kenangan sejarah ini adalah sebuah prasasti yang mengisyaratkan bahwa soal ketahanan pangan  juga menjadi dasar pijakan untuk membentuk sebuah tatanan pemerintahan. Dengan demikian, maka pemerintahan yang gagal mewujudkan ketahanan pangan adalah pemerintahan yang gagal.

Mari kita simak jejak-jejak konsep ketahanan pangan dimasa lalu. Gunung Kidul adalah sebuah daerah yang menarik untuk diamati. Kebiasaan masyarakat menanam singkong kemudian mengolahnya menjadi gaplek merupakan hal yang unik. Kenapa harus singkong bukan tanaman yang lainnya? Kenapa harus menjadi gaplek bukan menjadi bahan yang lain? Seperti kebiasaan sebagian petani di Daerah Kediri, sebagian dari mereka gemar mengolah singkong menjadi tepung tapioka? Ternyata masyarakat gemar mengkonsumsi makanan berbahan dari singkong maupun gaplek. Hasilnya adalah didaerah yang tandus dan kering tersebut masyarakat dapat survive. Sehingga kendala utamanya bukan karena kurang pangan tetapi yang bisa terjadi adalah kekurangan air jika kemarau terlalu panjang. Sebuah prestasi yang luar biasa. Sesuatu yang sederhana namun hebat. 

Sebuah potret ketahanan pangan yang mantap yang terjadi di Gunung Kidul apakah terjadi dengan sendirinya? Apakah begitu saja masyarakat mengenal singkong kemudian gemar mengkonsumsinya? 

Kita simak dulu daerah lain yang masih banyak yang bisa menjadi saksi. Lahan pasir di Kabupaten Kulon Progo dahulu, sekitar tahun 90-an sejauh mata memandang adalah hamparan pasir. Daerah bak gurun pasir hanya tanaman rumput dan pohon pandan saja yang tumbuh. Wajah gurun pasir tersebut sekarang telah berubah menjadi areal pertanian yang luas. Kulon Progo menjadi salah satu sentra cabe keriting di Jawa. Apakah kawasan usaha tani tersebut muncul sendiri? Demikian juga dengan lahan pantai di antara Kali Opak dan Kali Progo yang berada di Kabupaten Bantul. Daerah Patehan (Goa Cemara) menjadi daerah  penghasil ubi  lahan pasir dengan kualitas yuhuuuuu. Kenapa masyarakat disana gemar menanam ubi?

Ternyata... Sebenarnya keberadaan pohon pandan yang tumbuh dipantaipun ada ceritanya. Ada penyebabnya yang membuat tanaman pandan ditanam dilahan pasir. Demikian juga dengan keberadaan areal pertanian lahan pasir di Kabupaten Kulon Progo juga ada kisahnya. Sejak lahan pasir dipandang sebagai potensi ekonomi maka berbagai program perintisan usaha telah dijalan pemerintah. Tujuannya adalah agar roda perekonomian di wilayah pesisir dapat berjalan lebih baik. Namun dalam beberapa waktu, belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Dengan peran serta dari para pejuang perintis maka upaya pemerintah menjadi lebih cepat terlaksana sesuai yang diharapkan. Sesuatu yang dicatat disini bahwa kawasan usaha tani yang terbentang di Lahan Pasir Kabupaten Kulon progo tidak tercipta dengan sendirinya. Hal itu melalui proses yang cukup panjang.

Tentunya keberadaan singkong di Gunung Kidul sudah pasti juga melalui proses yang panjang.  Singkong Gunung Kidul merupakan warisan konsep ketahanan pangan yang sudah ada sejak dahulu. Bisa jadi adalah warisan dari Kerajaan Mataram. Meski hal ini hanyalah dugaan saja, mengingat bahwa Gunung Kidul adalah sebuah daerah tua dengan misteri peradaban masa lalunya. 

(Bersambung)

(Dikutip dari : Buku Ma Ga Ba Tha Nga (Pangeran Pancasari, 2008))

Monday 4 August 2014

Pangeran Pancasari : Kesederhanaan Membebaskan dari Samsara (Ajaran Sang Budha Gautama)

Ada banyak tauladan tentang kesederhanaan yang bisa ditiru. Tentunya, sebagai umat Islam Kanjeng Nabi Muhammad adalah sebagai tokoh panutan. Namun pada kesempatan ini saya sebagai seorang muslim akan belajar kesederhanaan dari Sang Budha Gautama. Pelajaran ini akan saya mulai dengan sebuah pertanyaan tentang Sang Budha Gautama. Pertanyaan saya, mengapa Sang Budha Gautama terlahir sebagai seorang pangeran? Mengapa Pangeran Sidharta tidak terlahir sebagai seorang rakyat jelata saja?

Masa dimana sebelum Sang Budha terlahir adalah masa seperti sekarang ini. penghormatan, penghargaan dan pengharapan ditujukan kepada kenikmatan hidup semata. Jabatan dan pangkat menduduki tempat yang tinggi. Masyarakat lebih membanggakan barang-barang yang dimilikinya daripada kualitas hidup yang berupa budi pekerti yang luhur. Pertemuan-pertemuan untuk menjalin keakraban atau jika saya memakai istilah Sang Budha Gautama pertemuan dilakukan untuk meningkatkan kualitas sangha. Tetapi yang terjadi adalah sebaliknya, sebuah kemerosotan moral. Pertemuan dijadikan ajang pamer harta benda, jabatan, dan berbagai macam kenikmatan duniawi. Sehingga buah dari pertemuan yang terjadi adalah perlombaan untuk mengejar materi, pergunjingan yang melahirkan fitnah, menyuburkan kesombongan serta keangkuhan. Sebuah tatanan kehidupan yang telah menjauhi damma. Keadaan yang seperti itulah yang menyebabkan terlahirnya Sang Budha kedunia sebagai manusia. Sang Budha mempunyai tugas utama untuk mengajarkan tata kehidupan baru sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan.

Dengan terlahir sebagai seorang pangeran maka Sang Budha dapat memberikan contoh berdasarkan pengalamannya sendiri. Sebuah pengalaman bergelimang harta pernah dialaminya. Tetapi ternyata hal itu tak membuatnya terbebas dari rasa gelisah. Kegelisahan yang disebabkan karena semua fasilitas yang ada tak dapat membebaskan dirinya dari penyakit, menjadi tua dan mati. Akhirnya, Pangeran Sidharta meninggalkan semua itu untuk mencari obat atas segala derita kegelisahan yang dialaminya. Pangeran Sidhartapun, akhirnya mendapatkan obat yang diinginkanya. Didapatkan kesimpulan bahwa mengejar kenikmatan hidup sekedar untuk memperturutkan hawa nafsu adalah suatu kesia-siaan hidup, karena kegelisahan akan tetap melanda. Kegelisahan akan sirna jika hidup ini dijalani dengan kepasrahan kepada Budha. Laku hidup sesuai dengan ajaran damma dan dengan berjalan didalam sangha maka hidup akan menjadi lebih mudah untuk dijalani. Wujud perilaku dari pokok ajaran tersebut adalah hidup secara sederhana. Sang Budha mengajarkan cara hidup dengan menjauhkan diri dari segala bentuk kenikmatan dunia. Segala kenikmatan hidup yang sekedar untuk memperturutkan hawa nafsu beliau tinggalkan. Segala macam fasiitas istana sudah mulai ditinggal sejak beliau menempa diri untuk mendapatkan obat bagi rasa gelisahnya. Hak tahta sebagai putra mahkota beliau tinggalkan. Istri yang cantik dan setia beliau tinggalkan. Bahkan, segala ikatan yang ada yaitu keluarganya juga beliau tinggalkan. 

Meninggalkan semua hasrat duniawi, perilaku hidup macam apa itu? Kesederhanaan ataukah penyiksaan diri? Hal inipun sudah dipertanyakan sejak awal Sang Budha mulai mengajarkan ajarannya. Dari para murid pertama Sang Budha pola kederhanaan yang dijalankan oleh Sang Budha justru dianggap terlalu ringan. Sebenarnya, pola hidup sederhana yang diajarkan oleh Sang Budha berada pada takaran ditengah-tengah. Konsep ini didapatkan Sang Budha dari barisan penari ronggeng yang kebetulan melintas didekatnya. "Jika senar gitar ditarik kuat maka senar akan putus, tetapi jika terlalu kendor maka gitar tidak berbunyi, agar didapatkan nada yang indah senar ditarik tidak terlalu kuat ataupun terlalu kendor," begitulah percakapan diantara penari ronggeng. Percakapan tersebut memberikan inspirasi kepada Sang Budha mengenai batasan perilaku hidup sederhana. Jika terlalu kuat mengekangnya akan dapat menyiksa diri dan bahkan bisa berujung pada kematian. Sedangkan jika terlalu kendor maka hidup menjadi tanpa arah atau cenderung menjauhkan diri dari ketenangan hidup.

Penjelasan tentang hal ini juga bisa dipahami dengan ajaran dari Dewa Siwa. Dewa Siwa membagi pencapaian pertapaan dalam beberapa tingkatan. Seseorang yang telah dapat meninggalkan semua ikatan yang ada didunia dan meninggalkan kebutuhan jasmani bahkan seperti makan maka orang tersebut telah mencapai tingkatan tertinggi dari pertapaan. Hanya saja batasan sebagai manusia kebutuhan yang paling dasar seperti makan tidak bisa ditinggalkan oleh Sang Budha. Apa yang dijalankan oleh Sang Budha bisa dipandang sebagai penjelasan jalan pertapaan yang berbeda antara dewa dan manusia. Pencapaian pertapaan yang tertinggi tanpa meninggalkan batasan sebagai manusia adalah sesuatu yang bisa dilakukan. Jika dipandang dari sudut pandang islam, ada yang namanya islam, iman dan ihsan. Saat menjalani pertapaan dan sampai mendapatkan pencerahan hidup sejati maka yang diraih oleh Sang Budha adalah ihsan setingkat nabi. Hal ini juga merupakan pencapaian tertinggi sebagai manusia.

Keadaan yang terjadi saat itulah yang membuatnya terlahir didunia sebagai seorang pangeran. Sang Budha harus mengajarkan cara menjalani hidup secara sederhana. Jika Sang Budha terlahir sebagai seoarang rakyat jelata maka akan menjadi keraguan dari golongan bangsawan dan orang kaya. Keraguan bahwa ajaran kesederhanaan yang beliau sampaikan itu tidak dapat dilakukan oleh mereka. Mereka bisa beranggapan bahwa wajar jika rakyat jelata itu hidup seadanya, bahkan kesederhaan itu adalah suatu keberuntungan bagi rakyat jelata. Karena bagi rakyat jelata, bisa makan saja sudah untung. Tetapi dengan terlahirnya Sang Budha sebagai pangeran, maka hilanglah semua keraguan. Menjadi sempurnalah sebab akibat yang dijalaninya. Mulai dari kelahirannya saja Sang Budha telah memeberikan solusi terhadap apa yang kelak akan dihadapinya. Sebuah rangkaian sebab-akibat telah ditautkan dengan erat sekali. Lantas dimasa sekarang masih adakah yang meragukan ajaran kesederhanaan yang telah diajarkan oleh Sang Budha?

Sebagai contoh perilaku, Sang Budha Gautama benar-benar meninggalkan segala bentuk kenikmatan yang bersifat duniawi. Kehidupan istana yang serba ada beliau tinggalkan. Dari makan yang selalu lengkap tersedia, kapanpun ada bila mau, berubah hidup dengan hidup seadanya. Pangeran Sidharta mencukupi kebutuhan jasmaninya dari pemberian orang. Makan hanya dari pemberian orang, menggunakan baju bekas pembungkus mayat, jika diberikan baju yang baru justru diberikan kepada pengikutnya, sumbangan uang yang diterima hanya digunakan untuk membeli keperluan makan. 

Pada sebuah cerita, suatu ketika Sang Budha mengunjungi kota kelahirannya dan dapat bertemu ayahnya. Namun ayahnya lupa mengundang berkunjung keistana untuk makan. Pada kesepatan itu Sang Budha lebih memilih untuk meminta pemberian masyarakat bukannya pulang kerumah. Begitu hati-hatinya Sang Budha bertindak dan menjaga ajarannya. Hal ini tentu saja menghindarkan dirinya dan segenap pengikutnya dari fitnah. Fitnah bahwa Sang Budha masih menyukai kemewahan dengan pulang kerumah.

Mengapakah menjadi pengemis adalah sikap mulia? Bukankah pengemis itu sikap yang hina dina? Sebagaimana dalam Islam, Kanjeng nabi Muhammad sangat dan teramat sangat melarang untuk menjadi pengemis. Bahkan dalam Islam terdapat sebuah ajaran bahwa tangan diatas lebih baik daripada  tangan dibawah. Jika menggunakan pemahaman dalam realitas sekarang sesatkah ajaran yang mengajarkan untuk menjadi pengemis?

Tentang hal ini telah ada penjelasannya dari Sang Budha Gautama pada peristiwa pertemuannya dengan Resi Baratwaja. Sebuah dialog yang berkualitas karena dilakukan oleh dua orang yang mumpuni. Satu dari kasta brahmana yang berpengetahuan luas dan satunya lagi Sang Budha sendiri yang telah mencapai pencarahan hidup di tingkat yang tinggi. Saya tidak akan mengulas detail detail percakapan yang dilakukan waktu itu. Intinya adalah Sang Budha dapat memberikan penjelasan yang dapat diterima dengan rasa kagum oleh Sang Resi. Sampai-sampai Sang Resi minta dijadikan sebagai murid. Sang Budha memberkati Sang Brahmana sebagai muridnya. Kelak dari garis keturunan Sang Resi inilah terlahir Resi Drona, guru dari Kurawa dan Pandawa. Begitulah, kejadian lain akan terjadi sebaliknya. Jika yang kagum adalah golongan orang mumpuni maka yang tidak kagum dengan kejadian itu adalah golongan orang yang tidak berilmu. Singkatnya, menjalani hidup dengan menerima pemberian dari orang yang dilakukan oleh Sang Budha bukanlah sebuah jalan yang hina apalagi salah.
Agar tidak menimbulkan fitnah bahwa Ajaran Sang Budha tidak realistis maka saya coba pahami dengan cara yang lain. Sang Budha mengajarkan bahwa di dunia ini tidak akan terlepas dari hukum sebab-akibat. Sebagai orang suci Sang Budha memberikan belas kasih. Berupa ilmu keselamatan  dan juga ringan tangan untuk membantu menghilangkan penderitaan orang lain. Pemberian yang dilakukan oleh Sang Budha ini menjadikan masyarakat berhutang, karena terputusnya hubungan sebab-akibat atau hubungan timbal-balik. Bagaimanakah caranya masyarakat membayarnya jika Sang Budha sepenuhnya meninggalkan kebutuhan hidup sebagai manusia? Maka, tak ada yang bisa diberikan kepada Sang Budha. Tak ada jabatan yang lebih tinggi darinya, karena rajapun bersimpuh dihadapannya untuk meminta berkah. Tak ada wanita yang dapat diberikan padanya, wanita mana yang akan lebih pantas untuknya selain Yashodara? Tak ada juga harta yang layak untuk diterimanya sebagai kekayaan. Atas dasar inilah Sang Budha membuka pintu. Pintu yang memungkinkan terjadinya sebuah keseimbangan. Masyarakat menebus apa yang telah diterima Sang Budha. Sehingga yang terjadi adalah saling memberi. Dan, hubungan sebab-akibat yang terjalinpun tanpa cacat!

Setelah sekian lamanya berjalan, keadaan berubah. Pengemis bukan untuk menjalani kehidupan dasar atau melaluinya sebagai jalan kesederhanaan menuju pencerahan tetapi mengemis dijadikan sebagai profesi. Hal inilah yang dilarang oleh Kanjeng Nabi. Jadi jelaslah perbedaannya, Kanjeng Nabi Muhammad melarang profesi pengemis, tetapi tidak menyatakan apa yang dilakukan oleh Sang Budha adalah salah. 

Lantas, ajaran hidup yang diajarkan oleh Sang Budha untuk saat ini masih relevankah?
Saudaraku sekalian, Pikirkanlah!!!

(Bersambung...)

Wednesday 30 July 2014

Pangeran Pancasari : Bumiku, Surgaku!!! (Kenikmatan Surga)

006. BUMIKU, SURGAKU!!!

Dalam sebuah keyakinan tak akan terlepas dari yang namanya pemujaan. Pemujaan atau sebuah kebaktian adalah suatu hal yang penting dalam sebuah keyakinan. Ibarat sudah minum air tetapi tak dapat membuat dahaga hilang. Saudaraku, begitulah adanya. Sesuatu yang membuat bisa membuat dahaga hilang itu adalah pemujaan. Dengan kerangka berpikir seperti itu maka pemujaan itu adalah sesuatu yang manusiawi. Manusia yang bisa merasakan haus adalah awal kesadaran manusia sebagai hamba. Setelah memuja maka lengkaplah hamba itu. Seorang hamba yang memuja akan memperoleh kenikmatan seperti hilangnya dahaga dengan seteguk air minum. 


Dalam Islam diajarkan bahwa seorang yang taat akan mendapatkan surga. Lantas, surga itu seperti apa dan bagaimanakah membayangkannya? Dalam hal ini Islam juga memperingatkan  untuk berhati-hati. Surga ataupun neraka jika dibayangkan dapat membawa kepada kesesatan. Tetapi bolehkah melarang untuk memikirkannya? Disisi lain, keyakinan akan surga dan neraka adalah pondasi didalam membangun keyakinan dalam agama Islam. 

Islam telah memberikan solusi tentang masalah perumpaan keadaan surga maupun neraka. Didalam kitab suci surga digambarkan sebagai suatu tempat dimana disana banyak sungai yang mengalir. Sepintas pengambaran surga ini hanyalah suatu hal yang biasa. Terlebih lagi bagi orang yang tinggal di negeri tropis. Terutama di Indonesia, adanya sungai-sungai yang mengalir adalah suatu hal yang biasa. Apakah benar seperti itu? Apakah surga itu adalah sesuatu yang biasa-biasa saja?

Dimanakah keistimewaan surga itu? Perhatikan perumpamaan yang lain. Ada keterangan lain yang menggambarkan bahwa kenikmatan surga itu adalah suatu tempat dimana seteguk air yang ada disana dapat membuat yang meminumnya tak merasa dahaga selamanya. Kemudian surga digambarkan, sebagai sebuah tempat yang didalamnya terdapat banyak sungai-sungai yang mengalir. Betapa luar biasanya kenikmatan surga itu. Sehingga bentuk dahaga yang bagaimanapun akan terobati. Kecuali, dahaga dalam bentuk keserakahan. Konon dahaga dalam bentuk keserakahan ini, bahkan seluruh isi dunia tak akan pernah cukup. Seluruh isi dunia tak akan cukup untuk bisa mengobati rasa dahaga dalam bentuk keserakahan. 

Begitulah, mendapatkan kenikmatan dari meneguk air surga itu adalah sebuah kenikmatan yang sejati. Hilangnya dahaga adalah sebuah nikmat yang dapat dirasakan dari surga. Bayangkan setelah berpanas-panas disawah, setelah main bola atau futsal tanpa minum lalu setelah selesai mendapat air dingin, atau berjalan ditempat tandus, mungkin digurun pasir kehabisan air. Maka, air akan menjadi sebuah kenikmatan yang tiada tara. Dalam keadaan seperti itu rasanya seperti mendapatkan hidup kembali.

Tetapi karena ulah manusia sendiri kenikmatan itu menjadi tak berasa. Dalam pandangan seperti ini maka menjadi jelaslah hubungan antara ajaran-ajaran yang telah diturunkan. Sang Budha memberikan ajaran tentang kesederhanaan. Bagaimanakah Kanjeng Nabi Muhammad menjalani kehidupan sehari-harinya? Atau barangkali juga dengan kehidupan keseharian dari Yesus yang 'maaf' lebih terlihat sebagai sebagai musafir gembel? Padahal Yesus sebenarnya adalah raja bagi kaumnya? Apakah mereka tidak memperoleh kenikmatan dari kebiasaan hidup mereka yang seperti itu? Yang terjadi adalah sebaliknya, kenikmatan yang tinggi yang mereka dapat. Kenikmatan dari sisi yang mendasar masih bisa mereka rasakan. Rasa air penghilang dahaga masih bisa mereka rasakan. Disisi lain, ada suri tauladan yang dihasilkan dalam laku kesederhanaan yang mereka jalani. Sebuah moral kepemimpinan jelas tergambar disana. Seorang pemimpin yang tidak hidup bermewah-mewah diantara rakyatnya yang hidup belum sejahtera. Rahasia jalan hidup sederhana adalah adanya kenikmatan surgawi disana. Jika itu terwujud maka bukan sekedar rumahku surgaku tetapi bumiku adalah surgaku. 

Saudaraku, maka hati-hatilah jangan sampai nikmatnya surga tak berasa surga. Jika itu yang terjadi hidup akan terasa bagai neraka. Memang benar istilah itu! Sebagaimana Islam juga menggambarkan mengenai neraka. Didalam neraka tak ada seteguk minumanpun yang dapat membebaskan dari rasa dahaga. 

Jelaslah sudah mengapa surga itu digambarkan sebagai tempat dimana banyak sungai-sungai yang mengalir... 
Betapa indahnya perumpamaan...
Bumi adalah tempat yang paling banyak memiliki sungai-sungai yang mengalir...
Bumi adalah tempat yang penuh dengan kenikmatan...

Saudaraku, Tempat seperti apakah yang kau singgahi sekarang ini?
Surga atau nerakakah?
Mudah dilihat, seberapakah rasa dahagamu dapat dipuaskan?
Seberapa nikmatnya tegukan air yang kau minum dalam memuaskan dahagamu...
Tanyakanlah...
Tanyakanlah pada dirimu sendiri...!!!!!

Kanjeng Nabi memberikan gambaran kenikmatan hidup didalam rumah tangga dengan rumahku, surgaku!
Saudaraku, dapatkah bumi ini kita pandang sebagai rumah?
Dan, gambaran indah tentang bumi adalah Bumiku, Surgaku?

Tuesday 29 July 2014

Pangeran Pancasari : Koalisi Tanpa Syarat

004. KOALISI TANPA SYARAT


Reformasi telah memberikan wajah baru dalam perpolitikan nusantara. Dari tri partai menjadi multi partai. Tercipta iklim politik baru untuk mencapai keseimbangan ekosistem bernegara kita. MPR tak lagi menjadi majelis tertinggi tetapi hanya menjadi majelis tinggi. Kewenangan MPR untuk memilih dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden dihilangkan. Atas nama demokrasi pemilihan presiden dan wakil presiden langsung dilakukan oleh rakyat melalui pemilu. 

Persoalan selanjutnya adalah mekanisme pencalonan presiden dan wakil presiden. Aturan main yang ditetapkan adalah kandidat harus diusung oleh partai. Namun kandidat boleh dari orang luar partai asal memenuhi kriteria yang dipersyaratkan. Adanya sistem multi partai atau banyak partai menimbulkan permasalahan baru lagi. Sebuah partai harus mendapatkan 25% suara pemilih agar dapat mengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden. Dengan banyaknya partai kontestan pemilu, sulit bagi sebuah partai untuk mendapatkan suara mayoritas dari pemilih atau dapat memenuhi jumlah minimal suara pemilih yang harus diraih. Solusinya adalah memperbolehkan bagi 2 partai atau lebih untuk menggabungkan jumlah perolehan suara legislatif demi mencapai kuota minimal. Dari situasi seperti inilah istilah koalisi menjadi populer. Namun yang masih menjadi pertanyaan adalah koalisi macam apakah yang akan dibangun?



Istilah yang cukup populer lagi adalah kontrak politik. Berawal tidak adanya kepastian janji dari para kandidat dalam pemilu maka muncullah istilah ini. Kontrak politik dijadikan sebagai pemecah masalah soal janji kandidat. Seorang calon tidak sekedar mengumbar janji kosong atau iming-iming. Janji yang diberikan oleh seorang kandidat diwujudkan dalam sebuah nota kesepakatan. Nota kesepakatan atau perjanjian antara calon pemilih dan kandidat inilah yang disebut sebagai kontrak politik. Cara ini dipandang menguntungkan kedua belah pihak. Baik pemilih maupun kandidat sama-sama diuntungkan. Kandidat akan lebih memiliki legitimasi  atas janji politiknya sehingga tingkat kepercayaan calon pemilih kepada kandidat akan meningkat. Sedangkan calon pemilih lebih memiliki pegangan tentang kepastian untuk dipenuhinya janji politik oleh kandidat. Tapi apakah kontrak politik diperlukan?

Kontrak politik antara kandidat dan dan calon pemilih bisa dibilang sebagai barang baru karena masih jarang dilakukan. Isi dari kontrak juga sebatas persolan sarana dan prasarana. Belum menyentuh persoalan mendasar yang dihadapi masyarakat. Sementara itu dalam level hubungan antar partai, kontrak politik bukanlah barang baru lagi. Sejak dibukanya ruang koalisi   justru kontrak politik inilah yang menjadi dasar kerjasama. Sebuah partai mengajukan syarat tertentu untuk bisa bergabung. kejadian selanjutnya muncullah politik 'dagang sapi'. Dikenal sebagai dagang sapi karena satuan dalam penjualan sapi adalah ekor. Jual sapi 5 ekor, misalnya begitu. Jadi yang dijual adalah ekornya atau yang dalam bahasa jawa dikenal dengan nama buntut. Dalam traksasksi politik juga begitu, kepentingan rakyat adalah istilah untuk sapinya. Sedangkan buntutnya adalah berbagai macam kepentingan.


Kursi kabinet menjadi barang mewah yang sangat diminati di bursa politik. Sebuah parpol dapat meminta jabatan tertentu untuk diberikan kepada partainya jika sepakat bergabung. Partan yang meraih suara terbanyak diberi hak untuk memberikan calon presiden atau sekaligus dengan calon wakilnya. Partai yang lebih kecil perolehan suaranya akan meminta jatah kursi kabinet, atau bisa juga meminta jatah anggaran tertentu. Begitulah aturan main dalam politik bagi-bagi jatah. Transaksi politik ini dilakukan sebelum terjadinya deklarasi koalisi.


Dalam tulisan saya yang berjudul 'Demokrasi Prostitusi (Banci)' saya sampaikan bahwa dalam proses meraih suara telah terjadi praktek prostitusi. Calon pemilih diposisikan dan atau memposisikan diri sebagai pemuas nafsu para kandidat. Demokrasi prostitusi semacam ini terjadi pada level bawah yaitu antara calon pemilih dan para kandidat. Lantas bagaimanakah yang terjadi dipapan atas? Politik bagi-bagi jatah kurasi itupun bisa dibilang sebagai praktek prostitusi dalam dunia politik. Tapi maaf ya, kalau yang disebut sebagai prostitusi itu bukanlah  terus diartikan diiming-imingi cewek agar dapat jatah. Kalau seperti itu namanya sudah dapat kursi enak masih ditemani teman yang wah... Hayo sipa yang mau antri untuk dapat jatah? He..he.. bukan seperti itu maksud saya. Baca tulisan saya yang berjudul : "Demokrasi Prostitusi (Banci)."


Koalisi sebagai bagian aturan main dalam demokrasi multi partai bisa membuat parpol peserta pemilu terjebak dalam praktek prastitusi. Koalisi bisa menjadi sarang mucikari. Padahal asosiasi mucikari seperti ini menjadi perkumpulan mucikari paling bergengsi. Siapa yang tidak tergiur? Bagaimana tidak, koalisi mucikari adalah rombongan para elite yang legitimit, terfasilitasi negara dan terlindungi hukum. Peran mucikari dalam koalisi adalah dijalankan oleh tim sukses. Barisan tim sukses merupakan barisan mucikari yang berlapis. Dari tingkat pusat sampai daerah, betul-betul nggilani!


Saudaraku, bagaimanakah dengan kalian?

Bisa jadi tanpa sadar mengobrak-abrik lokalisasi, menguber-uber germo, tetapi diri sendiri adalah biangnya germo aliasmucikari politik.
Saudaraku, seperti inikah capaian yang ingin diraih melalui reformasi?
Perubahan keadaan dari demokrasi yang bermartabat menjadi demokrasi kelas prostitusi?
Ataukah moral prostitusi politik seperti inikah martabat itu?
Dan profesi sebagai mucikari justru menjadi harapan?
Karena profesi mucikari semacam ini mendapatkan tempat terhormat disisi kursi pemimpin...
Ketika yang berada dipuncak adalah sosok dengan birahi politiknya yang memuncak...

Tapi, jangan kawatir saudaraku...

babak baru dari reformasi mulai bergulir...
Jadi...
Jangan kawatir...
Kecuali jika kau masih menginginkan prostitusi politik berlangsung...
Maka tetaplah simpan kekawatiranmu itu, tapi untukmu saja...
Atau halangi saja perguliran babak baru itu jika ingin tergilas zaman...
Karena sudah tiba masanya perpolitikan di Indonesia kembali mempunyai martabat yang tinggi sebagai penjabaran dari nilai-nilai luhur pancasila...

Kolaisi tanpa syarat akan menjadi babak baru perpolitikan di Indonesia. Koalisi semacam ini akan mengembalikan rel demokrasi  kearah yang sebenarnya. Era politik prostitusi harus digantikan dengan dengan koalisi yang bermartabat. Awal sebelum pintu koalisi dibuka, PDI-Perjuangan telah mulai merintis koalisi bermartabat. PDI-Perjuangan melalui Ibu Megawati Soekarno Putri menawarkan konsep koalisi tanpa syarat. PDI-Perjuangan sebagai partai pemenang pemilu legislatif Tahun 2014 tetap membuka ruang koalisi dengan partai peserta pileg lainnya. Syarat yang diajukan oleh PDI-Perjuangan untuk berkoalisi adalah tanpa syarat!

Didalam koalisi tanpa syarat aturan mainnya adalah tidak ada bahasan untuk bagi-bagi jatah dari para pihak yang berkoalisi. Tidak ada 'buntut yang ditransasksikan didalam koalisi tanpa syarat. Dasar kesepakatan berkoalisi adalah kepentingan nasioanal, bukan lagi kepentingan masing-masing pihak partai yang akan berkoalisi. Batasan pembahasan adalah kesepahaman didalam visi dan misi masing-masing parpol yang akan berkoalisi. 

Tanpa bagi-bagi jatah mungkinkah koalisi akan berjalan?
Mungkinkah?
Dan, apa juga gunanya berkoalisi semacam itu?

Mempertanyakan bisa atau tidaknya koalisi tapa syarat bisa berjalan adalah seperti mempertanyakan apakah prostitusi (politik) bisa dicarikan solusi? Saudaraku, untuk permasalahan ini simaklah ajaran dari Bapa Dewa Siwa tentang pemujaan. Beliau menyampaikan bahwa dalam pemujaan ada tiga hal yang mendasari manusia melakukannya. Dasar yang pertama adalah orang melaksanakan pemujaan didasari oleh kepentingan atau pamrih tertentu. Dijalan ini orang dapat tergelincir kedalam kesesatan yang dapat mencelakankan dirinya sendiri. Dasar yang kedua adalah pemujaan tanpa pamrih yang akan dapat membawa pelakunya pada keselamatan. Jalan yang ketiga adalah dengan berbekal ketulusan dan kemurnian hati serta pikiran tanpa sadar seseorang telah menempuh jalan pemujaan. Dijalan yang ketiga sebenarnya orang tersebut telah menempatkan dirinya pada jalan keselamatan meski tidak disadarinya. Dalam hubungannya dengan koalisi jalan manakah yang hendak ditempuh? Pemujaan macam apa yang akan dijalankan? apa hubungannya koalisi dengan pemujaan?
Saudaraku sekalian, pikirkanlah hal ini...

Jawaban yang lebih mudah dan sederhana tentang kemungkinan terjadinya koalisi tanpa syarat adalah adanya pernikahan. Jika dipahami dengan cara pandang islam, islam mengharamkan adanya kawin kontrak. Islam tidak membenarkan ikatan pernikahan dengan persyaratan tertentu. seperti untuk mendapatkan harta, kedudukan atau hal lain semacamnya. Bagaimana pandangan islam mengenai hal ini dapat dijelaskan?

Dalam legenda pewayangan bisa disimak bagaimanakah awal kejadian air mta kesedihan dan pertumpahan darah di Hastinapura atau Ngestina. Kejadian itu berawal dari pernikahan Eyang Prabu Santanu dan Eyang Dewi Satyawati. Pernikahan dapat dilangsungkan atas dasar persetujuan dari Eyang Prabu Santanu terhadap persyartan yang diajukan oleh Eyang Dewi Satyawati. Persyaratan tersebut adalah menjadikan putra dari hasil pernikahan mereka sebagai pewaris tahta Hastinapura. Padahal Eyang Prabu santanu telah memiliki seorang Putra dari pernikahannya dengan Eyang Dewi Gangga yaitu Bapa Resi Bisma. Dari situlah mendung kesedihan mulai menyelimuti Hastinapura. 

Saudaraku, biarlah cerita menjadi cerita, meski kisah ini bisa menjadi penghubung antara nilai-nilai yang ada didalam kisah pewayangan dan ajaran islam...
Namun, Mari pikirkan keadaan sekarang ini terlebih dahulu...
Masih adakah diantara saudaraku sekalian akan mengundang mendung kesedian diangkasa nusantara yang indah ini dengan menjalankan praktek demokrasi prostitusi?
Saudaraku sekalian, pikirkanlah!!!

Monday 28 July 2014

Pangeran Pancasari : Lagu Kenangan

003. MISTERY MIMPI SHAKILLA


Mengingat-ingat kenangan masalalu bisa melalui sebuah dendang lagu. Saat lagu diputar bayangan kejadian masa yang tlah lewat seperti hadir kembali. Terlebih lagi jika syair lagunya mengena. Sebuah lagu yang kusuka dan menjadi kenangan buatku adalah lagu yang berjudul "Mistery Mimpi Shakilla". Aku terkesan dengan lagu ini karena lagu ini salah satu lagu yang kukenal ketika aku masih kecil dan mulai kenal lagu-lagu yang indah. Selain itu, aku juga menyukai syair lagu yang ditulis oleh Js. Kevin ini. Kisah dibalik penulisan lagu ini semakin membuatku suka akan lagu ini.

Kisah tentang lagu ini sebenarnya adalah sebuah kisah yang dulu kudengar dari sebuah radio. Tapi maaf aku lupa nama stasiun radio tersebut. Lagu yang berjudul "Mistery Mimpi Shakilla" di populerkan oleh Wing's, sebuah grup musik rock asal Malaysia. Proses penulisan lagu ini berdasarkan kisah nyata yang dialami oleh penulisnya. Ceritanya penulis mengalami kejadian yang aneh antara sadar dan tidak. Tercium bau harum, tapi tak kelihatan wujudnya. Selanjutnya, penulis merasa dibawa kedalam nuansa yang tak dimengerti. Ada bayang-bayang kejadian, entah kapan terjadinya. Semua kejadian hanya samar-samar, muncul wajah-wajah namun hanya bayang-bayang. Bayangan yang paling jelas adalah bayangan seorang wanita yang mempesona. Tapi siapa dia dan apa maunya, aku tak tau. Begitulah yang dirasakan oleh penulis.  Selanjutnya sepertinya ada sebuah dorongan untuk mengabadikan pengalaman tersebut menjadi sebuah lagu. Apa yang dirasakan oleh penulis tersebut kemudian dicerikan kepada teman-teman nge-band-nya. Teman-temanya menyambut positif dan menyemangati untuk menulis lagu dari kisah tersebut. Mengherankan, ide penulisan lirik dan syair lagu seperti ada yang menuntun sehingga terasa mengalir dengan lancar. Syair lagu benar-benar bisa mewakili kejadian yang dirasakan penulis waktu itu. Sesuai dengan nuansanya yang misterius maka lagu ini diberi judul mistery mimpi yang digabungkan dengan bayangan sosok wanita misterius yang diberi nama Syakilla. Sebuah lagu yang indahpun tercipta. Siapakah yang menuntun penulisan lagu tersebut? Akupun, tak tau...


Lagu yang memang indah ini, diterima baik oleh khalayak sejak dirilis tahun 1988. Setelah di awali oleh Amy Search, Wing's juga dapat merambah penikmat musik di Indonesia. Beberapa waktu telah berlalu, sebagaimana dinamika sebuah grup musik Awie sang vokalis sempat undur diri dari Wing's. Abad 20 telah dimasuki, ada kejadian aneh yang terulang kembali. Seperti ada sebuah permintaan yang dirasakan oleh para personel grup Wing's. Permintaan untuk membawakan kembali lagu ini. Suatu saat lagu ini bila dibawakan kembali meski dengan nuansa yang berbeda tetap akan terasa indah. Dan, yang terjadi adalah Awie kembali gabung. Kemudian di Tahun 2006, Wing's menggelar konser dan membawakan lagu ini. Lagu inipun memang benar-benar tetap indah, dengan racikan baru bercorak, rock metal mampu menghibur penonton.  Hingga sekarangpun corak lama yang bernuansa soft rock tetap juga asyik didendangkan. Siapakah yang membuat permintaan itu? Akupun tak tau...






Ok, sekarang mari kita simak isi syair lagunya :




Misteri Mimpi Syakilla
Artist: Wings

Dimanakah menghilang
Diriku sendiri
Hanyut dalam bayangan
Sebuah misteri

Harum tiada wajah
Mengelilingi aku
Dalam suasana
Yang terharu

Lukisan impianku
Gambaran dimana
Cuaca yang begini
Apakah mahunya

Aku adalah aku
Nyanyi lagu yang rindu
Lemah langkahku mengejarmu

Bila pun engkau menjelma
Disini aku berdiri
Ku menanti
Walau hilang ceritamu
Di hati tetap abadi
Sentuhanmu

Mana Syakilla
Siapa Syakilla
Aku pun tak tahu
Oh Oh
SYAKILLA...
……………
(Bersambung)