Wednesday 26 November 2014

Pangeran Pancasari : DPR TANDINGAN VERSI MEDIA

Beberapa waktu yang lalu ada istilah baru muncul dalam berita perpolitikan kita, disebutlah adanya "DPR Tandingan". Oktober 2014, istilah ini menjadi populer di media, terutama televisi swasta. Masyarakatpun bertanya-tanya, ada apa ini sepertinya DPR pecah? Sepertinya ada satu pihak yang mungkin tidak bisa menerima kepemimpinan dewan yang sekarang sehingga membentuk DPR baru sehingga ada DPR versi baru. DPR baru tersebut disebut sebagai DPR tandingan. Demikiankah adanya?

Berita ini mengemuka dibeberapa situs-situs internet yang mungkin kebanyakan orang bilang situs-situs terpercaya. Tidak hanya itu saja media-media televisi sekelas TV One juga menyampaikan berita yang sama.  Benar-benar berita yang meyakinkan publik. Lantas bagaimanakah kebenaran beritanya?

Kenyataannya memang ada sebagian anggota DPR menggabungkan diri dalam sebuah forum untuk sebuah kepentingan. Kepentingan tersebut dikatakan oleh media sebagai upaya penolakan kepemimpinan yang ada sehingga membuat kubu baru untuk menandinggi kepemimpinan didalam DPR yang telah dibentuk. 

Pangeran Pancasari : SIMALAKAMA KENAIKAN BBM

Keputusan untuk menaikkan harga BBM bagai buah simalakama. Ibarat seorang suami yang menanyakan kepada istrinya untuk menikah lagi. Perlu keberanian, dan punya resiko besar. Ketika atas dasar suka atau tidak suka sebagian besar wanita akan langsung menolaknya. Jika komunikasinya gagal, imbasnya akan terjadi dis-harmonis dalam rumah tangga. Bahkan bahtera rumah tangga bisa retak.

Begitulah, jika ditanya BBM harus naik atau tidak, sebagian besar rakyat akan spontan untuk menyatakan tidak setuju jika BBM naik. Oleh karenanya menaikan harga BBM bisa menjadi bumerang kepada pemerintah. Kepercayaan masyarakat kepada pemerintah bisa menurun.

Meski begitu, ada sebagian kecil wanita yang sanggup untuk tidak mengedapankan emosinya dan bisa mengkaji keinginan suami untuk menikah lagi. Dan, meski sangat sedikit ada juga wanita yang akan langsung menerimanya dengan ikhlas. Wanita seperti itu adalah golongan yang bisa percaya penuh kepada suaminya. Demikian juga dengan masyarakat, tetap akan ada golongan masyarakat yang bisa menerima keputusan kenaikan BBM dengan baik.

Dengan fakta tersebut, maka dibutuhkan kehati-hatian ekstra dan keberanian yang lebih untuk berani menaikan BBM. Terlebih lagi jika masyarakat  masih mudah disulut emosi. Masyarakat masih mudah terpengaruh oleh berita-berita yang belum tentu kebenarannya. lebih-lebih pemberitaan media yang tidak memberikan pendidikan masyarakat untuk menjadi cerdas untuk berpikir. Keputusan yang diambilpun akan bisa lebih mudah jika belum ada catatan masalalu tentang kisah-kisah kenaikan harga BBM. Dalam kondisi yang kondusif akan mudah melakukan komunikasi kepada masyarakat agar kebijakan kenaikan harga BBM dapat diterima.