Monday 23 October 2017

Pesan Mbah Maridjan untuk Mountaineering (Pendakian Gunung)

Suasana sudah lebih adem saat memasuki kawasan Cankringan. Memasuki jalan tanah agak curam dan sedikit licin harus hati-hati agar gak nyasar di Rumah Mbah Maridjan dengan cara meluncur. Akhirnya tiba di rumah sederhana Mbah Maridjan dengan dengan selamat. Langsung menuju dapur yang perapiannya masih menggunakan "luweng" (tungku api dari batu bata dan bahan bakarnya kayu bakar). Datang-datang tanpa basa-basi langsung ndepis (posisi jongkok yang enak) di depan perapian disamping Mbah Maridjan yang sedang ngurusi perapian. "Mbah, adem" hanya bilang gitu. "Lha yo neng nggunung bedo karo neng ndeso (Lha iya di gunung, beda dengan di desa (mu))" jawab Mbah Maridjan sembari masih sibuk dengan perapian. Selesai ngurusi perapian simbah berkata, "Sing panas kuwi, gawe kopi, mumpung bar umep (Kalau mau panas itu, bikin kopi mumpung airnya baru saja mendidih)". "Wah, cocok mbah, simbah arep ngopi ora (Wah, cocok mbah, simbah mau minum kopi juga)?" kembali nanya ke simbah. "Aku yo mentas ngawe, di joki neh wae, mondo kenthel je mau, sajakke lampung asli ki (Aku tadi juga habis bikin kopi, di tambahin air saja, tadi agak kekethalan, sepertinya kopi lampung asli)!" Jawab Mbah Maridjan.


Udara yang dingin sudah tak begitu terasa, karena perapian dan minuman kopi panas. "Mbok, ngobrol, ngelmune simbah, tak melok krungu (Mbok, membincangkan ilmunya simbah, tak ikut mendengarkan)!" Seorang teman memberi saran sarasehan di depan luweng. "Wo, injih mbah, Nak munggah gunung ki kudu pripun (wo, iya mbah, kalau naik gunung itu harus bagaimana)?" Akhirnya terlontar pertanyaan yang bagus juga. "Sing penting biso moco kahanan, terus bisa empan papan, cukup kuwi sangune, methi keslametan (Yang penting bisa membaca keadaan, terus bisa menempatkan diri, cukup itu bekalnya, pasti berada dalam keselamatan)!" Mbah Maridjan menjelaskan singkat. "Gek, takon meneh!" Teman menyuruh untuk tanya lagi. "Ming niku mbah (cuman itu mbah)?" bertanya juga. "Ojo lali njaluk pinayungan marang gusti (jangan lupa mohon perlindungan kepada tuhan)!" Mbah Maridjan menambahi. "Simbah ki ora bisa crito akeh koyo liya-liya-ne (Simbah tidak bisa banyak bercerita banyak seperti yang lain-lain)!"  Mbah Maridjan menutup penjelasannya. 

Begitulah kisah kenangan sekitar Tahun 1998 di kediaman Mbah Maridjan. Saat itu hadir pula Ketua Mapala berbendera orange yang akan menggelar acara jelajah hutan dan teman ex-THA. 

Salam rimba gunung!!!

No comments:

Post a Comment