Wednesday 30 July 2014

Pangeran Pancasari : Bumiku, Surgaku!!! (Kenikmatan Surga)

006. BUMIKU, SURGAKU!!!

Dalam sebuah keyakinan tak akan terlepas dari yang namanya pemujaan. Pemujaan atau sebuah kebaktian adalah suatu hal yang penting dalam sebuah keyakinan. Ibarat sudah minum air tetapi tak dapat membuat dahaga hilang. Saudaraku, begitulah adanya. Sesuatu yang membuat bisa membuat dahaga hilang itu adalah pemujaan. Dengan kerangka berpikir seperti itu maka pemujaan itu adalah sesuatu yang manusiawi. Manusia yang bisa merasakan haus adalah awal kesadaran manusia sebagai hamba. Setelah memuja maka lengkaplah hamba itu. Seorang hamba yang memuja akan memperoleh kenikmatan seperti hilangnya dahaga dengan seteguk air minum. 


Dalam Islam diajarkan bahwa seorang yang taat akan mendapatkan surga. Lantas, surga itu seperti apa dan bagaimanakah membayangkannya? Dalam hal ini Islam juga memperingatkan  untuk berhati-hati. Surga ataupun neraka jika dibayangkan dapat membawa kepada kesesatan. Tetapi bolehkah melarang untuk memikirkannya? Disisi lain, keyakinan akan surga dan neraka adalah pondasi didalam membangun keyakinan dalam agama Islam. 

Islam telah memberikan solusi tentang masalah perumpaan keadaan surga maupun neraka. Didalam kitab suci surga digambarkan sebagai suatu tempat dimana disana banyak sungai yang mengalir. Sepintas pengambaran surga ini hanyalah suatu hal yang biasa. Terlebih lagi bagi orang yang tinggal di negeri tropis. Terutama di Indonesia, adanya sungai-sungai yang mengalir adalah suatu hal yang biasa. Apakah benar seperti itu? Apakah surga itu adalah sesuatu yang biasa-biasa saja?

Dimanakah keistimewaan surga itu? Perhatikan perumpamaan yang lain. Ada keterangan lain yang menggambarkan bahwa kenikmatan surga itu adalah suatu tempat dimana seteguk air yang ada disana dapat membuat yang meminumnya tak merasa dahaga selamanya. Kemudian surga digambarkan, sebagai sebuah tempat yang didalamnya terdapat banyak sungai-sungai yang mengalir. Betapa luar biasanya kenikmatan surga itu. Sehingga bentuk dahaga yang bagaimanapun akan terobati. Kecuali, dahaga dalam bentuk keserakahan. Konon dahaga dalam bentuk keserakahan ini, bahkan seluruh isi dunia tak akan pernah cukup. Seluruh isi dunia tak akan cukup untuk bisa mengobati rasa dahaga dalam bentuk keserakahan. 

Begitulah, mendapatkan kenikmatan dari meneguk air surga itu adalah sebuah kenikmatan yang sejati. Hilangnya dahaga adalah sebuah nikmat yang dapat dirasakan dari surga. Bayangkan setelah berpanas-panas disawah, setelah main bola atau futsal tanpa minum lalu setelah selesai mendapat air dingin, atau berjalan ditempat tandus, mungkin digurun pasir kehabisan air. Maka, air akan menjadi sebuah kenikmatan yang tiada tara. Dalam keadaan seperti itu rasanya seperti mendapatkan hidup kembali.

Tetapi karena ulah manusia sendiri kenikmatan itu menjadi tak berasa. Dalam pandangan seperti ini maka menjadi jelaslah hubungan antara ajaran-ajaran yang telah diturunkan. Sang Budha memberikan ajaran tentang kesederhanaan. Bagaimanakah Kanjeng Nabi Muhammad menjalani kehidupan sehari-harinya? Atau barangkali juga dengan kehidupan keseharian dari Yesus yang 'maaf' lebih terlihat sebagai sebagai musafir gembel? Padahal Yesus sebenarnya adalah raja bagi kaumnya? Apakah mereka tidak memperoleh kenikmatan dari kebiasaan hidup mereka yang seperti itu? Yang terjadi adalah sebaliknya, kenikmatan yang tinggi yang mereka dapat. Kenikmatan dari sisi yang mendasar masih bisa mereka rasakan. Rasa air penghilang dahaga masih bisa mereka rasakan. Disisi lain, ada suri tauladan yang dihasilkan dalam laku kesederhanaan yang mereka jalani. Sebuah moral kepemimpinan jelas tergambar disana. Seorang pemimpin yang tidak hidup bermewah-mewah diantara rakyatnya yang hidup belum sejahtera. Rahasia jalan hidup sederhana adalah adanya kenikmatan surgawi disana. Jika itu terwujud maka bukan sekedar rumahku surgaku tetapi bumiku adalah surgaku. 

Saudaraku, maka hati-hatilah jangan sampai nikmatnya surga tak berasa surga. Jika itu yang terjadi hidup akan terasa bagai neraka. Memang benar istilah itu! Sebagaimana Islam juga menggambarkan mengenai neraka. Didalam neraka tak ada seteguk minumanpun yang dapat membebaskan dari rasa dahaga. 

Jelaslah sudah mengapa surga itu digambarkan sebagai tempat dimana banyak sungai-sungai yang mengalir... 
Betapa indahnya perumpamaan...
Bumi adalah tempat yang paling banyak memiliki sungai-sungai yang mengalir...
Bumi adalah tempat yang penuh dengan kenikmatan...

Saudaraku, Tempat seperti apakah yang kau singgahi sekarang ini?
Surga atau nerakakah?
Mudah dilihat, seberapakah rasa dahagamu dapat dipuaskan?
Seberapa nikmatnya tegukan air yang kau minum dalam memuaskan dahagamu...
Tanyakanlah...
Tanyakanlah pada dirimu sendiri...!!!!!

Kanjeng Nabi memberikan gambaran kenikmatan hidup didalam rumah tangga dengan rumahku, surgaku!
Saudaraku, dapatkah bumi ini kita pandang sebagai rumah?
Dan, gambaran indah tentang bumi adalah Bumiku, Surgaku?

Tuesday 29 July 2014

Pangeran Pancasari : Koalisi Tanpa Syarat

004. KOALISI TANPA SYARAT


Reformasi telah memberikan wajah baru dalam perpolitikan nusantara. Dari tri partai menjadi multi partai. Tercipta iklim politik baru untuk mencapai keseimbangan ekosistem bernegara kita. MPR tak lagi menjadi majelis tertinggi tetapi hanya menjadi majelis tinggi. Kewenangan MPR untuk memilih dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden dihilangkan. Atas nama demokrasi pemilihan presiden dan wakil presiden langsung dilakukan oleh rakyat melalui pemilu. 

Persoalan selanjutnya adalah mekanisme pencalonan presiden dan wakil presiden. Aturan main yang ditetapkan adalah kandidat harus diusung oleh partai. Namun kandidat boleh dari orang luar partai asal memenuhi kriteria yang dipersyaratkan. Adanya sistem multi partai atau banyak partai menimbulkan permasalahan baru lagi. Sebuah partai harus mendapatkan 25% suara pemilih agar dapat mengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden. Dengan banyaknya partai kontestan pemilu, sulit bagi sebuah partai untuk mendapatkan suara mayoritas dari pemilih atau dapat memenuhi jumlah minimal suara pemilih yang harus diraih. Solusinya adalah memperbolehkan bagi 2 partai atau lebih untuk menggabungkan jumlah perolehan suara legislatif demi mencapai kuota minimal. Dari situasi seperti inilah istilah koalisi menjadi populer. Namun yang masih menjadi pertanyaan adalah koalisi macam apakah yang akan dibangun?



Istilah yang cukup populer lagi adalah kontrak politik. Berawal tidak adanya kepastian janji dari para kandidat dalam pemilu maka muncullah istilah ini. Kontrak politik dijadikan sebagai pemecah masalah soal janji kandidat. Seorang calon tidak sekedar mengumbar janji kosong atau iming-iming. Janji yang diberikan oleh seorang kandidat diwujudkan dalam sebuah nota kesepakatan. Nota kesepakatan atau perjanjian antara calon pemilih dan kandidat inilah yang disebut sebagai kontrak politik. Cara ini dipandang menguntungkan kedua belah pihak. Baik pemilih maupun kandidat sama-sama diuntungkan. Kandidat akan lebih memiliki legitimasi  atas janji politiknya sehingga tingkat kepercayaan calon pemilih kepada kandidat akan meningkat. Sedangkan calon pemilih lebih memiliki pegangan tentang kepastian untuk dipenuhinya janji politik oleh kandidat. Tapi apakah kontrak politik diperlukan?

Kontrak politik antara kandidat dan dan calon pemilih bisa dibilang sebagai barang baru karena masih jarang dilakukan. Isi dari kontrak juga sebatas persolan sarana dan prasarana. Belum menyentuh persoalan mendasar yang dihadapi masyarakat. Sementara itu dalam level hubungan antar partai, kontrak politik bukanlah barang baru lagi. Sejak dibukanya ruang koalisi   justru kontrak politik inilah yang menjadi dasar kerjasama. Sebuah partai mengajukan syarat tertentu untuk bisa bergabung. kejadian selanjutnya muncullah politik 'dagang sapi'. Dikenal sebagai dagang sapi karena satuan dalam penjualan sapi adalah ekor. Jual sapi 5 ekor, misalnya begitu. Jadi yang dijual adalah ekornya atau yang dalam bahasa jawa dikenal dengan nama buntut. Dalam traksasksi politik juga begitu, kepentingan rakyat adalah istilah untuk sapinya. Sedangkan buntutnya adalah berbagai macam kepentingan.


Kursi kabinet menjadi barang mewah yang sangat diminati di bursa politik. Sebuah parpol dapat meminta jabatan tertentu untuk diberikan kepada partainya jika sepakat bergabung. Partan yang meraih suara terbanyak diberi hak untuk memberikan calon presiden atau sekaligus dengan calon wakilnya. Partai yang lebih kecil perolehan suaranya akan meminta jatah kursi kabinet, atau bisa juga meminta jatah anggaran tertentu. Begitulah aturan main dalam politik bagi-bagi jatah. Transaksi politik ini dilakukan sebelum terjadinya deklarasi koalisi.


Dalam tulisan saya yang berjudul 'Demokrasi Prostitusi (Banci)' saya sampaikan bahwa dalam proses meraih suara telah terjadi praktek prostitusi. Calon pemilih diposisikan dan atau memposisikan diri sebagai pemuas nafsu para kandidat. Demokrasi prostitusi semacam ini terjadi pada level bawah yaitu antara calon pemilih dan para kandidat. Lantas bagaimanakah yang terjadi dipapan atas? Politik bagi-bagi jatah kurasi itupun bisa dibilang sebagai praktek prostitusi dalam dunia politik. Tapi maaf ya, kalau yang disebut sebagai prostitusi itu bukanlah  terus diartikan diiming-imingi cewek agar dapat jatah. Kalau seperti itu namanya sudah dapat kursi enak masih ditemani teman yang wah... Hayo sipa yang mau antri untuk dapat jatah? He..he.. bukan seperti itu maksud saya. Baca tulisan saya yang berjudul : "Demokrasi Prostitusi (Banci)."


Koalisi sebagai bagian aturan main dalam demokrasi multi partai bisa membuat parpol peserta pemilu terjebak dalam praktek prastitusi. Koalisi bisa menjadi sarang mucikari. Padahal asosiasi mucikari seperti ini menjadi perkumpulan mucikari paling bergengsi. Siapa yang tidak tergiur? Bagaimana tidak, koalisi mucikari adalah rombongan para elite yang legitimit, terfasilitasi negara dan terlindungi hukum. Peran mucikari dalam koalisi adalah dijalankan oleh tim sukses. Barisan tim sukses merupakan barisan mucikari yang berlapis. Dari tingkat pusat sampai daerah, betul-betul nggilani!


Saudaraku, bagaimanakah dengan kalian?

Bisa jadi tanpa sadar mengobrak-abrik lokalisasi, menguber-uber germo, tetapi diri sendiri adalah biangnya germo aliasmucikari politik.
Saudaraku, seperti inikah capaian yang ingin diraih melalui reformasi?
Perubahan keadaan dari demokrasi yang bermartabat menjadi demokrasi kelas prostitusi?
Ataukah moral prostitusi politik seperti inikah martabat itu?
Dan profesi sebagai mucikari justru menjadi harapan?
Karena profesi mucikari semacam ini mendapatkan tempat terhormat disisi kursi pemimpin...
Ketika yang berada dipuncak adalah sosok dengan birahi politiknya yang memuncak...

Tapi, jangan kawatir saudaraku...

babak baru dari reformasi mulai bergulir...
Jadi...
Jangan kawatir...
Kecuali jika kau masih menginginkan prostitusi politik berlangsung...
Maka tetaplah simpan kekawatiranmu itu, tapi untukmu saja...
Atau halangi saja perguliran babak baru itu jika ingin tergilas zaman...
Karena sudah tiba masanya perpolitikan di Indonesia kembali mempunyai martabat yang tinggi sebagai penjabaran dari nilai-nilai luhur pancasila...

Kolaisi tanpa syarat akan menjadi babak baru perpolitikan di Indonesia. Koalisi semacam ini akan mengembalikan rel demokrasi  kearah yang sebenarnya. Era politik prostitusi harus digantikan dengan dengan koalisi yang bermartabat. Awal sebelum pintu koalisi dibuka, PDI-Perjuangan telah mulai merintis koalisi bermartabat. PDI-Perjuangan melalui Ibu Megawati Soekarno Putri menawarkan konsep koalisi tanpa syarat. PDI-Perjuangan sebagai partai pemenang pemilu legislatif Tahun 2014 tetap membuka ruang koalisi dengan partai peserta pileg lainnya. Syarat yang diajukan oleh PDI-Perjuangan untuk berkoalisi adalah tanpa syarat!

Didalam koalisi tanpa syarat aturan mainnya adalah tidak ada bahasan untuk bagi-bagi jatah dari para pihak yang berkoalisi. Tidak ada 'buntut yang ditransasksikan didalam koalisi tanpa syarat. Dasar kesepakatan berkoalisi adalah kepentingan nasioanal, bukan lagi kepentingan masing-masing pihak partai yang akan berkoalisi. Batasan pembahasan adalah kesepahaman didalam visi dan misi masing-masing parpol yang akan berkoalisi. 

Tanpa bagi-bagi jatah mungkinkah koalisi akan berjalan?
Mungkinkah?
Dan, apa juga gunanya berkoalisi semacam itu?

Mempertanyakan bisa atau tidaknya koalisi tapa syarat bisa berjalan adalah seperti mempertanyakan apakah prostitusi (politik) bisa dicarikan solusi? Saudaraku, untuk permasalahan ini simaklah ajaran dari Bapa Dewa Siwa tentang pemujaan. Beliau menyampaikan bahwa dalam pemujaan ada tiga hal yang mendasari manusia melakukannya. Dasar yang pertama adalah orang melaksanakan pemujaan didasari oleh kepentingan atau pamrih tertentu. Dijalan ini orang dapat tergelincir kedalam kesesatan yang dapat mencelakankan dirinya sendiri. Dasar yang kedua adalah pemujaan tanpa pamrih yang akan dapat membawa pelakunya pada keselamatan. Jalan yang ketiga adalah dengan berbekal ketulusan dan kemurnian hati serta pikiran tanpa sadar seseorang telah menempuh jalan pemujaan. Dijalan yang ketiga sebenarnya orang tersebut telah menempatkan dirinya pada jalan keselamatan meski tidak disadarinya. Dalam hubungannya dengan koalisi jalan manakah yang hendak ditempuh? Pemujaan macam apa yang akan dijalankan? apa hubungannya koalisi dengan pemujaan?
Saudaraku sekalian, pikirkanlah hal ini...

Jawaban yang lebih mudah dan sederhana tentang kemungkinan terjadinya koalisi tanpa syarat adalah adanya pernikahan. Jika dipahami dengan cara pandang islam, islam mengharamkan adanya kawin kontrak. Islam tidak membenarkan ikatan pernikahan dengan persyaratan tertentu. seperti untuk mendapatkan harta, kedudukan atau hal lain semacamnya. Bagaimana pandangan islam mengenai hal ini dapat dijelaskan?

Dalam legenda pewayangan bisa disimak bagaimanakah awal kejadian air mta kesedihan dan pertumpahan darah di Hastinapura atau Ngestina. Kejadian itu berawal dari pernikahan Eyang Prabu Santanu dan Eyang Dewi Satyawati. Pernikahan dapat dilangsungkan atas dasar persetujuan dari Eyang Prabu Santanu terhadap persyartan yang diajukan oleh Eyang Dewi Satyawati. Persyaratan tersebut adalah menjadikan putra dari hasil pernikahan mereka sebagai pewaris tahta Hastinapura. Padahal Eyang Prabu santanu telah memiliki seorang Putra dari pernikahannya dengan Eyang Dewi Gangga yaitu Bapa Resi Bisma. Dari situlah mendung kesedihan mulai menyelimuti Hastinapura. 

Saudaraku, biarlah cerita menjadi cerita, meski kisah ini bisa menjadi penghubung antara nilai-nilai yang ada didalam kisah pewayangan dan ajaran islam...
Namun, Mari pikirkan keadaan sekarang ini terlebih dahulu...
Masih adakah diantara saudaraku sekalian akan mengundang mendung kesedian diangkasa nusantara yang indah ini dengan menjalankan praktek demokrasi prostitusi?
Saudaraku sekalian, pikirkanlah!!!

Monday 28 July 2014

Pangeran Pancasari : Lagu Kenangan

003. MISTERY MIMPI SHAKILLA


Mengingat-ingat kenangan masalalu bisa melalui sebuah dendang lagu. Saat lagu diputar bayangan kejadian masa yang tlah lewat seperti hadir kembali. Terlebih lagi jika syair lagunya mengena. Sebuah lagu yang kusuka dan menjadi kenangan buatku adalah lagu yang berjudul "Mistery Mimpi Shakilla". Aku terkesan dengan lagu ini karena lagu ini salah satu lagu yang kukenal ketika aku masih kecil dan mulai kenal lagu-lagu yang indah. Selain itu, aku juga menyukai syair lagu yang ditulis oleh Js. Kevin ini. Kisah dibalik penulisan lagu ini semakin membuatku suka akan lagu ini.

Kisah tentang lagu ini sebenarnya adalah sebuah kisah yang dulu kudengar dari sebuah radio. Tapi maaf aku lupa nama stasiun radio tersebut. Lagu yang berjudul "Mistery Mimpi Shakilla" di populerkan oleh Wing's, sebuah grup musik rock asal Malaysia. Proses penulisan lagu ini berdasarkan kisah nyata yang dialami oleh penulisnya. Ceritanya penulis mengalami kejadian yang aneh antara sadar dan tidak. Tercium bau harum, tapi tak kelihatan wujudnya. Selanjutnya, penulis merasa dibawa kedalam nuansa yang tak dimengerti. Ada bayang-bayang kejadian, entah kapan terjadinya. Semua kejadian hanya samar-samar, muncul wajah-wajah namun hanya bayang-bayang. Bayangan yang paling jelas adalah bayangan seorang wanita yang mempesona. Tapi siapa dia dan apa maunya, aku tak tau. Begitulah yang dirasakan oleh penulis.  Selanjutnya sepertinya ada sebuah dorongan untuk mengabadikan pengalaman tersebut menjadi sebuah lagu. Apa yang dirasakan oleh penulis tersebut kemudian dicerikan kepada teman-teman nge-band-nya. Teman-temanya menyambut positif dan menyemangati untuk menulis lagu dari kisah tersebut. Mengherankan, ide penulisan lirik dan syair lagu seperti ada yang menuntun sehingga terasa mengalir dengan lancar. Syair lagu benar-benar bisa mewakili kejadian yang dirasakan penulis waktu itu. Sesuai dengan nuansanya yang misterius maka lagu ini diberi judul mistery mimpi yang digabungkan dengan bayangan sosok wanita misterius yang diberi nama Syakilla. Sebuah lagu yang indahpun tercipta. Siapakah yang menuntun penulisan lagu tersebut? Akupun, tak tau...


Lagu yang memang indah ini, diterima baik oleh khalayak sejak dirilis tahun 1988. Setelah di awali oleh Amy Search, Wing's juga dapat merambah penikmat musik di Indonesia. Beberapa waktu telah berlalu, sebagaimana dinamika sebuah grup musik Awie sang vokalis sempat undur diri dari Wing's. Abad 20 telah dimasuki, ada kejadian aneh yang terulang kembali. Seperti ada sebuah permintaan yang dirasakan oleh para personel grup Wing's. Permintaan untuk membawakan kembali lagu ini. Suatu saat lagu ini bila dibawakan kembali meski dengan nuansa yang berbeda tetap akan terasa indah. Dan, yang terjadi adalah Awie kembali gabung. Kemudian di Tahun 2006, Wing's menggelar konser dan membawakan lagu ini. Lagu inipun memang benar-benar tetap indah, dengan racikan baru bercorak, rock metal mampu menghibur penonton.  Hingga sekarangpun corak lama yang bernuansa soft rock tetap juga asyik didendangkan. Siapakah yang membuat permintaan itu? Akupun tak tau...






Ok, sekarang mari kita simak isi syair lagunya :




Misteri Mimpi Syakilla
Artist: Wings

Dimanakah menghilang
Diriku sendiri
Hanyut dalam bayangan
Sebuah misteri

Harum tiada wajah
Mengelilingi aku
Dalam suasana
Yang terharu

Lukisan impianku
Gambaran dimana
Cuaca yang begini
Apakah mahunya

Aku adalah aku
Nyanyi lagu yang rindu
Lemah langkahku mengejarmu

Bila pun engkau menjelma
Disini aku berdiri
Ku menanti
Walau hilang ceritamu
Di hati tetap abadi
Sentuhanmu

Mana Syakilla
Siapa Syakilla
Aku pun tak tahu
Oh Oh
SYAKILLA...
……………
(Bersambung)

Pangeran Pancasari : Pertanian Masih Perlu Dikemas

005. PERTANIAN MASIH PERLU DIKEMAS 
AGAR MENARIK (Pertanian Modern)


Jika setelah lulus kuliah, seorang sarjana peternakan pulang kampung, kemudian kesehariannya ngurusi ternak, Sibuk ngasih makan itik, mengumpulkan telur, kotor karena membersihkan telek (kotoran) bebek...
Jika sarjana pertanian memilih menjadi petani, bergelut dengan lumpur, berjemur matahari meski kulitnya sudah gelap...
Seberapa banyak sarjana seperti itu...?

Tapi, jika sarjana ekonomi ikut-ikutan berbaur, merasakan bau lumpur, merasakan bau kotoran bebek yang menyengat...
Apa karena kurang adanya sarjana peternakan dan pertanian yang pulang kampung untuk menjadi peternak atau petani?
Yah, memang anyep, suasana kantor ber-AC kantor bank, kantor perusahaan dan meski kantornya tak ber-AC enak juga bisa kipas-kipas pakai uang gajian setiap bulan dengan tertib bagi yang berkantor dipemerintahan...
Wajar jika sebagian besar sarjana lebih memilih suasana seperti itu...

Sementara untuk dunia pertanian, 'maaf' dari suasana yang terbayang saja sudah tidak menjajikan daya tarik...
Wajar jika bertani dan beternak hanya identik dengan berpayah-payah...
Seakan sebagai orang lupa kalau masih makan nasi...
Seakan sebagai orang kaya lupa jika kentutnya juga bau...
Barangkali baunya bisa lebih menyengat dari bau kotoran ternak...

Mungkin hanya yang agak edan...
seperti seorang sarjana seni yang justru menikmati kegiatan usaha tani...
Katanya, "pertanian adalah seni yang hidup"...
Dasar seniman, apapun enjoy aja...

Berita baiknya...
Kegiatan usaha tani dan ternak bisa untuk jampi stress...
Merawat tanaman, menikmati perkembangan dan pertumbuhannya apalagi telah menghasilkan...
Semuanya tahapan bisa juga menjadikan keasyikan tersendiri...
Coba saja, daripada duit untuk mabuk, nge-drug gunakan untuk beli tanaman atau hewan ternak...
Pikiran jadi jalan...
Akan jadi terapi yang murah meriah dan bermanfaat...

Disisi lain, meski sudah sedikit ada angin segar namun tetap butuh nyali yang lebih untuk terjun didalam dunia pertanian...
Tidak ada yang instan...
Butuh proses...
Namun ketika yang namanya orang hidup masih perlu makan...
Dunia pertanian tak akan ada matinya...

Jangan heran, dengan kemasan yang bagus dunia pertanian punya pesona yang luar biasa...
Jika sesuatu yang berasal dari lumpur...
Itik yang bau...
Dibungkus dengan sebuah konsep yang bernama agro wisata...
Golongan yang ber-AC dan berkipas-kipas dengan duit itulah yang paling demen berkunjung...
Meski, mereka harus mengeluarkan biaya untuk itu...
Ini adalah fakta, ternyata pada nge-fans juga pada bau itik dan bau lumpur...

Jangan simpulkan sebuah buku dari melihat sampulnya...
Jimat yang sudah nglothok, atau dihapal oleh para sarjana ini bisa jadi belum bisa diberlakukan pada dunia pertanian...
Pertanian masih perlu disampul atau dikemas dengan baik agar menarik...

Masalahnya siapakah yang siap untuk membuat kemasan yang bagus?
Siapa juga yang akan membuat-tulisan-tulisan yang indah di dalam dunia pertanian?
Seberapa banyak golongan terpelajar yang dapat menghasilkan kreasi wajah indah dunia pertanian?
Ataukah para sarjana hanya sekedar ingin menjadi komentator atau penikmat pameran lukisan  pertanian?

Saudaraku...
Kuulang kembali, dunia pertanian adalah dunia yang tak ada matinya...
Pertanian adalah lukisan hidup yang bisa menghidupi....
Putuskan, ingin ikut dilukis, menjadi pelukis atau sekedar melihat lukisan?
Pikirkanlah!!!


Sunday 27 July 2014

Pangeran Pancasari : Demokrasi Prostitusi (Banci)

002. DEMOKRASI PROSTITUSI (BANCI)


Alangkah malangnya kaum penjaja sex yang dicibir, divonis diusir atau lokalisasi dibubarkan. Dalil-dalil yang dikeluarkan, fatwa-fatwa yang wah, sangat-sangat tegas dan terlegitimasi oleh undang-undang. Satpol PP sangat gagah dibuatnya untuk mendobrak saat terjadi pelayanan jasa. Mucikaripun barangkali sangat mengerikan untuk dibayangkan sosoknya. Begitu teganya, terlebih lagi jika anak asuhnya adalah anak-anak ABG (ciblek). Begitulah kabarnya...

Dihapuskannya lokalisasi ternyata bukan membuat lokalisasi menghilang dari kehidupan sosial masyarakat. Peristiwa sublimasi terjadi dalam prostistusi. Prostitusi menemukan bentuk baru, menjangkiti ranah politik. Peritiwa prostitusi politik menjadi semakin nge-trend. Meski, undang-undang sebagai pagar telah ada. Dalam hal ini satpol PP tak punya kewenangan, bahkan undang-undangpun bisa diperkosa.

Kisah money politik, telah menjadi buah bibir. Jangankan yang berkelas DPR, dari yang bertitel kepala RT praktek money politik sudah dilakukan. Tapi, mana buktinya? Siapa yang mau menjadi saksi? Apa pula hubungannya dengan prostitusi?

Suatu kebetulan bahwa didalam acara pemilihan baik wakil rakyat atau kepala pemerintahan melalui mekanisme yang disebut coblosan. Begitupula dalam dunis prostitusi erat sekali kaitanya dengan urusan coblos mencoblos. Disinilah letak kesamaan antara pemilu dan prostitusi. Dari kesamaan inilah maka bisa saja tanpa sadar atau tanpa diakui ternyata praktek prostitusi politik sudah dilakukan. 

Terdapat hal yang unik pada praktek protitusi dalam politik. Praktek prostitusi didalam pemilu yang dicoblos justru bersedia membayar. Bahkan menawarkan diri untuk dicoblos dengan janji ada imbalan. Dalam dunia prostitusi hal serupa terjadi pada profesi gigolo. Seorang wanita akan bersedia membayar untuk bisa dicoblos gigolo. Jadi yang pengin dicobloslah yang mengeluarkan uang. Dari tipikal ini maka para calon wakil rakyat atau calon kepala pemerintahan menempatkan dirinya sebagai wanita. Ini adalah sebuah penyimpangan, karena seorang pemimpin itu seharusnya menempatkan diri sebagai seorang laki-laki atau bersifat jantan. Bisa saja kandidat tersebut adalah seorang wanita, namun orang tersebut harus jantan. Dalam protitusi politik, seorang kandidat telah menjadi banci. Artinya karakter laki-laki yang bersifat jantan telah berubah menjadi tidak jantan. Maaf saya menggunakan istilah banci, karena kata banci itu saya pahami sebagai suatu sifat yang tidak jantan atau pengecut. Sedangkan fenomena kelainan sex, istilahnya akan lebih enak jika disebut waria. Waria bisa diartikan seorang yang berpenampilan dan berperilaku menyerupai wanita tetapi sesungguhnya adalah pria. Jadi untuk para waria jangan mau disebut sebagai banci, he,,,he,, .. Begitu menurut saya. Terlebih lagi dengan penampilan kalian yang seperti itu. maksud saya  yang secara alamiah menjadi waria adalah tindakan yang lebih jantan daripada politisi "banci".

Kesamaan antara prostitusi dalam dunia sex dan dunia politik adalah keduanya didasari oleh syahwat. Didalam prostitusi politik para kandidat kelewat tak kuat menahan hasrat ingin menduduki jabatan. Sehingga rela membayar untuk dicoblos. Disatu sisi kegiatan prostitusi dilarang, disisi lain prostitusi didunia poltik dianggap halal. Banyak yang merasa perlu melakukan prostitusi politik.

Kaitannya dengan prostitusi adalah jasa penyalur atau mucikari. Dalam dunia politik yang menjadi mucikari adalah tim sukses. Sekumpulan mucikari yang dilembagakan dan bisa bermain dalam naungan legalitas. Para mucikari ini akan menjajakan kandidat yang butuh penyaluran hasrat syahwat politiknya. Tawaran budget-pun bermunculan, dengan uang langsung ataupun cukup dengan janji manis.

Suka atau tidak suka dengan terminologi berpikir dunia protitusi maka rakyat atau pemilijh yang nyoblos karena uang berarti telah menempatkan dirinya sebagai gigolo. Tetapi, bisa jadi rakyat adalah korban kegiatan para mucikari. Kepiawaian para mucikari politik dapat menempatkan posisi gigolo menjadi yang diperkosa. Karena kurang pemahaman atau tergiur iming-iming uang pemilih terjebak dalam dunia prostitusi politik.

Para pemilih yang tidak paham dan sebenarnya tidak mencari imbalan uang atas pencoblosan yang dilakukan akhirnya dapat uang karena nyoblos. Profesi gigolo yang sebenarnya adalah mereka yang memanfaatkan ajang pemilu untuk memperoleh uang dengan memberikan hak pilihnya... Kekecewaan juga bisa terjadi untuk para kandidat, sudah mbayar tapi tidak dicoblos. Kecewa berat seperti itu, sudah muntup-muntup tapi tidak dapat servis. Alhasil bisa ditarik kembali fasiltas yang diberikan kepada orang-orang yang diharapkan nyoblos. 




Saudaraku, inikah wajah demokrasi yang kita agungkan?
Apakah kita sadar telah menempatkan diri di ajang 
demokrasi prostitusi?
Menjadi seorang yang birahi politiknya memuncak, 
mucikari, gigolo, yang diperkosa, atau...?
Masih akankah nusantara, seantero nusantara ini 
dijadikan sebagai lokalisasi prostitusi politik?
Apakah untuk dicatat di buku rekor dunia 
untuk masalah lokalisasi?
Karena rekor muri tak sanggup mencatatnya, terlalu membahana...
Pikirkanlah!!!!!