006. BUMIKU, SURGAKU!!!
Dalam sebuah keyakinan tak akan terlepas dari yang namanya pemujaan. Pemujaan atau sebuah kebaktian adalah suatu hal yang penting dalam sebuah keyakinan. Ibarat sudah minum air tetapi tak dapat membuat dahaga hilang. Saudaraku, begitulah adanya. Sesuatu yang membuat bisa membuat dahaga hilang itu adalah pemujaan. Dengan kerangka berpikir seperti itu maka pemujaan itu adalah sesuatu yang manusiawi. Manusia yang bisa merasakan haus adalah awal kesadaran manusia sebagai hamba. Setelah memuja maka lengkaplah hamba itu. Seorang hamba yang memuja akan memperoleh kenikmatan seperti hilangnya dahaga dengan seteguk air minum.
Dalam Islam diajarkan bahwa seorang yang taat akan mendapatkan surga. Lantas, surga itu seperti apa dan bagaimanakah membayangkannya? Dalam hal ini Islam juga memperingatkan untuk berhati-hati. Surga ataupun neraka jika dibayangkan dapat membawa kepada kesesatan. Tetapi bolehkah melarang untuk memikirkannya? Disisi lain, keyakinan akan surga dan neraka adalah pondasi didalam membangun keyakinan dalam agama Islam.
Islam telah memberikan solusi tentang masalah perumpaan keadaan surga maupun neraka. Didalam kitab suci surga digambarkan sebagai suatu tempat dimana disana banyak sungai yang mengalir. Sepintas pengambaran surga ini hanyalah suatu hal yang biasa. Terlebih lagi bagi orang yang tinggal di negeri tropis. Terutama di Indonesia, adanya sungai-sungai yang mengalir adalah suatu hal yang biasa. Apakah benar seperti itu? Apakah surga itu adalah sesuatu yang biasa-biasa saja?
Dimanakah keistimewaan surga itu? Perhatikan perumpamaan yang lain. Ada keterangan lain yang menggambarkan bahwa kenikmatan surga itu adalah suatu tempat dimana seteguk air yang ada disana dapat membuat yang meminumnya tak merasa dahaga selamanya. Kemudian surga digambarkan, sebagai sebuah tempat yang didalamnya terdapat banyak sungai-sungai yang mengalir. Betapa luar biasanya kenikmatan surga itu. Sehingga bentuk dahaga yang bagaimanapun akan terobati. Kecuali, dahaga dalam bentuk keserakahan. Konon dahaga dalam bentuk keserakahan ini, bahkan seluruh isi dunia tak akan pernah cukup. Seluruh isi dunia tak akan cukup untuk bisa mengobati rasa dahaga dalam bentuk keserakahan.
Begitulah, mendapatkan kenikmatan dari meneguk air surga itu adalah sebuah kenikmatan yang sejati. Hilangnya dahaga adalah sebuah nikmat yang dapat dirasakan dari surga. Bayangkan setelah berpanas-panas disawah, setelah main bola atau futsal tanpa minum lalu setelah selesai mendapat air dingin, atau berjalan ditempat tandus, mungkin digurun pasir kehabisan air. Maka, air akan menjadi sebuah kenikmatan yang tiada tara. Dalam keadaan seperti itu rasanya seperti mendapatkan hidup kembali.
Tetapi karena ulah manusia sendiri kenikmatan itu menjadi tak berasa. Dalam pandangan seperti ini maka menjadi jelaslah hubungan antara ajaran-ajaran yang telah diturunkan. Sang Budha memberikan ajaran tentang kesederhanaan. Bagaimanakah Kanjeng Nabi Muhammad menjalani kehidupan sehari-harinya? Atau barangkali juga dengan kehidupan keseharian dari Yesus yang 'maaf' lebih terlihat sebagai sebagai musafir gembel? Padahal Yesus sebenarnya adalah raja bagi kaumnya? Apakah mereka tidak memperoleh kenikmatan dari kebiasaan hidup mereka yang seperti itu? Yang terjadi adalah sebaliknya, kenikmatan yang tinggi yang mereka dapat. Kenikmatan dari sisi yang mendasar masih bisa mereka rasakan. Rasa air penghilang dahaga masih bisa mereka rasakan. Disisi lain, ada suri tauladan yang dihasilkan dalam laku kesederhanaan yang mereka jalani. Sebuah moral kepemimpinan jelas tergambar disana. Seorang pemimpin yang tidak hidup bermewah-mewah diantara rakyatnya yang hidup belum sejahtera. Rahasia jalan hidup sederhana adalah adanya kenikmatan surgawi disana. Jika itu terwujud maka bukan sekedar rumahku surgaku tetapi bumiku adalah surgaku.
Saudaraku, maka hati-hatilah jangan sampai nikmatnya surga tak berasa surga. Jika itu yang terjadi hidup akan terasa bagai neraka. Memang benar istilah itu! Sebagaimana Islam juga menggambarkan mengenai neraka. Didalam neraka tak ada seteguk minumanpun yang dapat membebaskan dari rasa dahaga.
Jelaslah sudah mengapa surga itu digambarkan sebagai tempat dimana banyak sungai-sungai yang mengalir...
Betapa indahnya perumpamaan...
Bumi adalah tempat yang paling banyak memiliki sungai-sungai yang mengalir...
Bumi adalah tempat yang penuh dengan kenikmatan...
Saudaraku, Tempat seperti apakah yang kau singgahi sekarang ini?
Surga atau nerakakah?
Mudah dilihat, seberapakah rasa dahagamu dapat dipuaskan?
Seberapa nikmatnya tegukan air yang kau minum dalam memuaskan dahagamu...
Tanyakanlah...
Tanyakanlah pada dirimu sendiri...!!!!!
Kanjeng Nabi memberikan gambaran kenikmatan hidup didalam rumah tangga dengan rumahku, surgaku!
Saudaraku, dapatkah bumi ini kita pandang sebagai rumah?
Dan, gambaran indah tentang bumi adalah Bumiku, Surgaku?
Dimanakah keistimewaan surga itu? Perhatikan perumpamaan yang lain. Ada keterangan lain yang menggambarkan bahwa kenikmatan surga itu adalah suatu tempat dimana seteguk air yang ada disana dapat membuat yang meminumnya tak merasa dahaga selamanya. Kemudian surga digambarkan, sebagai sebuah tempat yang didalamnya terdapat banyak sungai-sungai yang mengalir. Betapa luar biasanya kenikmatan surga itu. Sehingga bentuk dahaga yang bagaimanapun akan terobati. Kecuali, dahaga dalam bentuk keserakahan. Konon dahaga dalam bentuk keserakahan ini, bahkan seluruh isi dunia tak akan pernah cukup. Seluruh isi dunia tak akan cukup untuk bisa mengobati rasa dahaga dalam bentuk keserakahan.
Begitulah, mendapatkan kenikmatan dari meneguk air surga itu adalah sebuah kenikmatan yang sejati. Hilangnya dahaga adalah sebuah nikmat yang dapat dirasakan dari surga. Bayangkan setelah berpanas-panas disawah, setelah main bola atau futsal tanpa minum lalu setelah selesai mendapat air dingin, atau berjalan ditempat tandus, mungkin digurun pasir kehabisan air. Maka, air akan menjadi sebuah kenikmatan yang tiada tara. Dalam keadaan seperti itu rasanya seperti mendapatkan hidup kembali.
Tetapi karena ulah manusia sendiri kenikmatan itu menjadi tak berasa. Dalam pandangan seperti ini maka menjadi jelaslah hubungan antara ajaran-ajaran yang telah diturunkan. Sang Budha memberikan ajaran tentang kesederhanaan. Bagaimanakah Kanjeng Nabi Muhammad menjalani kehidupan sehari-harinya? Atau barangkali juga dengan kehidupan keseharian dari Yesus yang 'maaf' lebih terlihat sebagai sebagai musafir gembel? Padahal Yesus sebenarnya adalah raja bagi kaumnya? Apakah mereka tidak memperoleh kenikmatan dari kebiasaan hidup mereka yang seperti itu? Yang terjadi adalah sebaliknya, kenikmatan yang tinggi yang mereka dapat. Kenikmatan dari sisi yang mendasar masih bisa mereka rasakan. Rasa air penghilang dahaga masih bisa mereka rasakan. Disisi lain, ada suri tauladan yang dihasilkan dalam laku kesederhanaan yang mereka jalani. Sebuah moral kepemimpinan jelas tergambar disana. Seorang pemimpin yang tidak hidup bermewah-mewah diantara rakyatnya yang hidup belum sejahtera. Rahasia jalan hidup sederhana adalah adanya kenikmatan surgawi disana. Jika itu terwujud maka bukan sekedar rumahku surgaku tetapi bumiku adalah surgaku.
Saudaraku, maka hati-hatilah jangan sampai nikmatnya surga tak berasa surga. Jika itu yang terjadi hidup akan terasa bagai neraka. Memang benar istilah itu! Sebagaimana Islam juga menggambarkan mengenai neraka. Didalam neraka tak ada seteguk minumanpun yang dapat membebaskan dari rasa dahaga.
Jelaslah sudah mengapa surga itu digambarkan sebagai tempat dimana banyak sungai-sungai yang mengalir...
Betapa indahnya perumpamaan...
Bumi adalah tempat yang paling banyak memiliki sungai-sungai yang mengalir...
Bumi adalah tempat yang penuh dengan kenikmatan...
Saudaraku, Tempat seperti apakah yang kau singgahi sekarang ini?
Surga atau nerakakah?
Mudah dilihat, seberapakah rasa dahagamu dapat dipuaskan?
Seberapa nikmatnya tegukan air yang kau minum dalam memuaskan dahagamu...
Tanyakanlah...
Tanyakanlah pada dirimu sendiri...!!!!!
Kanjeng Nabi memberikan gambaran kenikmatan hidup didalam rumah tangga dengan rumahku, surgaku!
Saudaraku, dapatkah bumi ini kita pandang sebagai rumah?
Dan, gambaran indah tentang bumi adalah Bumiku, Surgaku?