Wednesday 26 November 2014

Pangeran Pancasari : SIMALAKAMA KENAIKAN BBM

Keputusan untuk menaikkan harga BBM bagai buah simalakama. Ibarat seorang suami yang menanyakan kepada istrinya untuk menikah lagi. Perlu keberanian, dan punya resiko besar. Ketika atas dasar suka atau tidak suka sebagian besar wanita akan langsung menolaknya. Jika komunikasinya gagal, imbasnya akan terjadi dis-harmonis dalam rumah tangga. Bahkan bahtera rumah tangga bisa retak.

Begitulah, jika ditanya BBM harus naik atau tidak, sebagian besar rakyat akan spontan untuk menyatakan tidak setuju jika BBM naik. Oleh karenanya menaikan harga BBM bisa menjadi bumerang kepada pemerintah. Kepercayaan masyarakat kepada pemerintah bisa menurun.

Meski begitu, ada sebagian kecil wanita yang sanggup untuk tidak mengedapankan emosinya dan bisa mengkaji keinginan suami untuk menikah lagi. Dan, meski sangat sedikit ada juga wanita yang akan langsung menerimanya dengan ikhlas. Wanita seperti itu adalah golongan yang bisa percaya penuh kepada suaminya. Demikian juga dengan masyarakat, tetap akan ada golongan masyarakat yang bisa menerima keputusan kenaikan BBM dengan baik.

Dengan fakta tersebut, maka dibutuhkan kehati-hatian ekstra dan keberanian yang lebih untuk berani menaikan BBM. Terlebih lagi jika masyarakat  masih mudah disulut emosi. Masyarakat masih mudah terpengaruh oleh berita-berita yang belum tentu kebenarannya. lebih-lebih pemberitaan media yang tidak memberikan pendidikan masyarakat untuk menjadi cerdas untuk berpikir. Keputusan yang diambilpun akan bisa lebih mudah jika belum ada catatan masalalu tentang kisah-kisah kenaikan harga BBM. Dalam kondisi yang kondusif akan mudah melakukan komunikasi kepada masyarakat agar kebijakan kenaikan harga BBM dapat diterima.

1 comment:

  1. Marilah berhati-hati bersikap terhadap situasi yang tidak jelas sekarang ini...

    ReplyDelete