Monday 28 July 2014

Pangeran Pancasari : Pertanian Masih Perlu Dikemas

005. PERTANIAN MASIH PERLU DIKEMAS 
AGAR MENARIK (Pertanian Modern)


Jika setelah lulus kuliah, seorang sarjana peternakan pulang kampung, kemudian kesehariannya ngurusi ternak, Sibuk ngasih makan itik, mengumpulkan telur, kotor karena membersihkan telek (kotoran) bebek...
Jika sarjana pertanian memilih menjadi petani, bergelut dengan lumpur, berjemur matahari meski kulitnya sudah gelap...
Seberapa banyak sarjana seperti itu...?

Tapi, jika sarjana ekonomi ikut-ikutan berbaur, merasakan bau lumpur, merasakan bau kotoran bebek yang menyengat...
Apa karena kurang adanya sarjana peternakan dan pertanian yang pulang kampung untuk menjadi peternak atau petani?
Yah, memang anyep, suasana kantor ber-AC kantor bank, kantor perusahaan dan meski kantornya tak ber-AC enak juga bisa kipas-kipas pakai uang gajian setiap bulan dengan tertib bagi yang berkantor dipemerintahan...
Wajar jika sebagian besar sarjana lebih memilih suasana seperti itu...

Sementara untuk dunia pertanian, 'maaf' dari suasana yang terbayang saja sudah tidak menjajikan daya tarik...
Wajar jika bertani dan beternak hanya identik dengan berpayah-payah...
Seakan sebagai orang lupa kalau masih makan nasi...
Seakan sebagai orang kaya lupa jika kentutnya juga bau...
Barangkali baunya bisa lebih menyengat dari bau kotoran ternak...

Mungkin hanya yang agak edan...
seperti seorang sarjana seni yang justru menikmati kegiatan usaha tani...
Katanya, "pertanian adalah seni yang hidup"...
Dasar seniman, apapun enjoy aja...

Berita baiknya...
Kegiatan usaha tani dan ternak bisa untuk jampi stress...
Merawat tanaman, menikmati perkembangan dan pertumbuhannya apalagi telah menghasilkan...
Semuanya tahapan bisa juga menjadikan keasyikan tersendiri...
Coba saja, daripada duit untuk mabuk, nge-drug gunakan untuk beli tanaman atau hewan ternak...
Pikiran jadi jalan...
Akan jadi terapi yang murah meriah dan bermanfaat...

Disisi lain, meski sudah sedikit ada angin segar namun tetap butuh nyali yang lebih untuk terjun didalam dunia pertanian...
Tidak ada yang instan...
Butuh proses...
Namun ketika yang namanya orang hidup masih perlu makan...
Dunia pertanian tak akan ada matinya...

Jangan heran, dengan kemasan yang bagus dunia pertanian punya pesona yang luar biasa...
Jika sesuatu yang berasal dari lumpur...
Itik yang bau...
Dibungkus dengan sebuah konsep yang bernama agro wisata...
Golongan yang ber-AC dan berkipas-kipas dengan duit itulah yang paling demen berkunjung...
Meski, mereka harus mengeluarkan biaya untuk itu...
Ini adalah fakta, ternyata pada nge-fans juga pada bau itik dan bau lumpur...

Jangan simpulkan sebuah buku dari melihat sampulnya...
Jimat yang sudah nglothok, atau dihapal oleh para sarjana ini bisa jadi belum bisa diberlakukan pada dunia pertanian...
Pertanian masih perlu disampul atau dikemas dengan baik agar menarik...

Masalahnya siapakah yang siap untuk membuat kemasan yang bagus?
Siapa juga yang akan membuat-tulisan-tulisan yang indah di dalam dunia pertanian?
Seberapa banyak golongan terpelajar yang dapat menghasilkan kreasi wajah indah dunia pertanian?
Ataukah para sarjana hanya sekedar ingin menjadi komentator atau penikmat pameran lukisan  pertanian?

Saudaraku...
Kuulang kembali, dunia pertanian adalah dunia yang tak ada matinya...
Pertanian adalah lukisan hidup yang bisa menghidupi....
Putuskan, ingin ikut dilukis, menjadi pelukis atau sekedar melihat lukisan?
Pikirkanlah!!!


3 comments:

  1. Sudah sekitar tiga bulan harga cabe terpuruk, petani cabe mengencangkan ikat pinggang, tapi konsumen senang karena bisa beli cabe harganya murah

    ReplyDelete
  2. Negara-negara maju seperti Jepang dan Amerika tetap menempatkan pertanian sebagai sektor yang penting, bagaimana dengan Indonesia?

    ReplyDelete